1 Petrus 1:10-16
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
***
Panggilan hidup kita adalah panggilan kepada kekudusan. Salah satu syaratnya adalah taat kepada Allah. Penulis surat 1 Petrus menasihati kita agar kita hidup sebagai anak-anak yang taat. Allah itu kudus, maka kita pun diminta menjadi orang-orang yang kudus juga.
Taat kepada Allah adalah tuntutan yang harus dilaksanakan oleh murid-murid Yesus. Tuntutan itu bersifat mutlak, sebab kita sekalian sudah ditebus oleh-Nya. Taat kepada Allah diperlawankan dengan taat kepada hawa nafsu. Taat kepada Allah akan membawa kita kepada keselamatan dan sukacita kekal. Sebaliknya, taat kepada hawa nafsu akan membawa kita kepada kebinasaan. Dalam hidup ini, taat kepada Allah bukan hal yang mustahil, sebab kasih karunia Allah selalu ada dan menyertai kita. Kita terus-menerus diundang untuk bersikap terbuka agar kasih karunia dari-Nya makin meraja dalam diri kita masing-masing.
Jika hal itu terjadi, kita tidak akan pernah merasa sia-sia dalam beriman meskipun kita terus-menerus menghadapi kesulitan hidup. Kita tidak merasa rugi meskipun pelayanan yang kita lakukan kurang mendapat simpati, tanggapan, respon, atau apreasiasi. Kita tetap bersukacita menjalani panggilan kita.
Yesus berkata, “Yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Perjuangan kita adalah terus-menerus melekatkan diri kita pada Allah, bukan pada daya pikat duniawi.