Sabda Allah Tidak Mungkin Bisa Dibendung

Jumat, 13 April 2018 – Hari Biasa Pekan II Paskah

196

Yohanes 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

***

Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul (Kis. 5:34-42) masih menampilkan pergulatan para rasul pasca kebangkitan dan pewartaan mereka tentang Kristus yang bangkit. Dalam kisah ini, di samping masih ditunjukkan tentang keberanian, kesatuan, kekompakan, kerja sama, kepercayaan diri, dan ketekunan mereka di dalam pewartaan, ditampilkan juga tentang kesaksian Gamaliel.

Kesaksian cerdas Gamaliel membantu para rasul keluar dari persoalan yang mereka hadapi. Yang sebetulnya terbaca dari komentar dan pendapat Gamaliel adalah bahwa pewartaan dan kebenaran yang berasal dari Allah tidak mungkin dapat dibendung dan dilenyapkan. Kekuatan sabda Allah tidak bisa dirantai dan dihambat, sebab hal itu melampaui kemampuan manusia.

Penghayatan yang sama terlihat dalam reaksi Yesus ketika melihat banyak orang berbondong-bondong mencari Dia meskipun Ia sudah pergi jauh ke atas gunung. Hendak dikatakan dalam kisah ini bahwa kekuatan daya pengaruh dan daya tarik sang Sabda tidak bisa dihambat.

Daya pikat pewartaan tentang Allah tidak bisa dihalangi, tidak bisa dilenyapkan, apalagi ditolak. Karena itu, Yesus menasihati para murid-Nya untuk tidak menghambat atau menolak kobaran api dan semangat ketertarikan akan sabda Allah, sebab semua itu pekerjaan dari-Nya.