Disapa Yesus secara Personal

Selasa, 3 April 2018 – Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

228

Yohanes 20:11-18

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

***

Bacaan Injil hari ini mengisahkan pengalaman kebangkitan secara personal bagi Maria Magdalena. Awalnya, Maria tidak mengenali Yesus yang bangkit. Ia berkata kepada Yesus, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Namun, saat Yesus mengatakan, “Maria,” Maria Magdalena langsung mengenali Dia dan berkata, “Rabuni!”

Dalam kisah ini, Maria Magdalena sebelumnya masih berpikiran bahwa Yesus sudah wafat dan jenazah-Nya hilang. Namun, ketika Yesus menyebut namanya secara personal, Maria mengenali Yesus dan memahami bahwa Ia telah bangkit. Dari sinilah Maria Magdalena mengalami momen kebangkitan di dalam dirinya sebagai murid yang percaya. Ia kemudian mewartakan pengalamannya kepada murid lainnya.

Saat merenungkan bacaan ini, kita juga diajak untuk merenungkan pengalaman kebangkitan kita yang personal saat Yesus secara pribadi menyapa kita.

Saya teringat pengalaman berjumpa dengan seorang siswa SMA Kolese Loyola yang dulu saya temani saat menjadi wakil pamong di sana. Secara tidak sengaja, kami berjumpa di Katedral Jakarta. Ia menceritakan kisahnya bahwa Yesus yang bangkit secara personal menyapa dirinya ketika ia tidak naik kelas. Peristiwa yang menyedihkan ini membuat dia berefleksi untuk bangun dan berjuang demi mimpinya. Ia kemudian menjadi salah satu lulusan terbaik di sebuah universitas swasta! Jatuh baginya bukan penghalang untuk bangun. Pengalaman jatuh malah membuatnya semakin mengenal diri dan semakin memahami makna kehidupan.

Pertanyaan bagi kita, apakah kita mempunyai pengalaman personal tertentu, yang menjadikan diri kita semakin berkembang?