Fungsi dan makna yang ditemukan Paulus dalam segala derita yang dialaminya oleh Lambrecht dirangkum demikian:
Pertama, di dalam kerapuhannya menjadi tampak bahwa ketahanan hidup dan kerasulannya bukan berasal dari dirinya melainkan dari kuasa Allah.
Kedua, selain sisi teologis ada pun sisi kristologis: dalam penderitaan rasul, hidupnya tetap dipelihara dan menjadi nyata dalam hidup Kristus yang bangkit.
Ketiga, ada pula tujuan dan buah misionernya. “Maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu … semuanya itu terjadi oleh karena kamu” (2Kor. 4:12,15).
Keempat, segala penderitaan dalam misinya menambah kemuliaan Allah dan membawa kepada ucapan syukur (2Kor. 4:15).
Dari situ menjadi jelas bagaimana dan dengan sikap mana Paulus dapat menahan begitu banyak penderitaan fisik dan mental. Di dalam segala kesesakan itu, ia mengalami kekuatan Allah dan tanda-tanda Kristus yang hidup. Paulus tidak mengelak dari penderitaan, sebab segala kesusahannya mempunyai efek positif untuk penyebaran Injil (Flp. 1:13-4), dan juga memberinya harapan masa depan. Allah yang telah membangkitkan Yesus dari kematian juga akan membangkitkan dia dan umat yang menderita bersama Kristus (2Kor. 4:14). Paulus merangkumnya dengan bagus dalam surat kepada jemaat Filipi, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Flp. 3:10-11).
(Bersambung)