Apa makna penderitaan Yesus yang dikisahkan demikian panjang lebar? Kita harus mulai dengan bertanya: Mengapa Yesus menderita semuanya itu dan dihukum mati? Alasan yang dipasang Pilatus pada kayu salib: “Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi” didasarkan pada tuduhan tendensius pimpinan Yahudi guna mengegolkan perkara mereka di hadapan wali negeri Romawi (Mrk. 15:2, 12, 18, 26), seolah-olah Yesus itu raja pemberontak yang ingin mengangkat senjata melawan Roma (seperti kaum Zelot). Jelaslah bahwa itu bukan alasan yang sesungguhnya.
Yesus disingkirkan oleh para pemimpin Yahudi yang marah dan cemas. Sebagai penafsir dan penegak hukum Taurat yang resmi, mereka terus dikalahkan oleh Yesus yang mengungguli mereka dalam setiap perdebatan. Ia dirasa merongrong wibawa mereka. Karena itu, mereka sejak lama berkomplot untuk membunuh-Nya, tetapi selalu gagal menemukan alasan.
Dengan tipu daya, Ia akhirnya diseret ke depan sidang Mahkamah Agama. Di situ pun mereka tidak menemukan alasan untuk hukuman mati seandainya tidak dibantu oleh Yesus sendiri. Ketika imam agung bertanya apakah Ia adalah Mesias, Anak Allah yang Mahatinggi (Mrk. 14:61-64), Yesus memutuskan untuk tidak diam lagi. Pengakuan-Nya langsung disalahkan sebagai hujatan yang dijadikan alasan hukuman mati. Namun, itu pun bukan alasan penderitaan dan kematian Yesus yang sesungguhnya. Pengakuan itu hanyalah “sebab yang bersifat yang langsung.”
Alasan yang sesungguhnya berkaitan dengan prakarsa Allah yang ingin menegakkan Kerajaan-Nya di dunia ini, dan menugaskan Yesus dari Nazaret untuk memberitakan dekatnya Kerajaan Allah itu. Yesus mulai memperjuangkan perombakan tata kehidupan Israel sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak ilahi itu amat bertolak belakang dengan tata masyarakat yang ingin dipertahankan oleh pimpinan bangsa Yahudi. Karena Yesus setia kepada misi profetis yang diberikan Allah tetapi tidak diberi bala tentara untuk memaksakan kehendak Allah itu, Ia diabaikan oleh yang berwenang, dibuat menderita, dan akhirnya dihukum mati. Ia disingkirkan karena pelayanan-Nya yang patuh kepada Bapa, yang dengan perantaraan-Nya memperbarui umat Allah.
Kisah sengsara dan kematian Yesus perlu dilihat berkesinambungan dengan seluruh kisah pelayanan-Nya. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah menjadi konkret dalam pelayanan-Nya kepada kalangan yang selama ini tidak mendapat tempat di tengah masyarakat. Yesus menegakkan pemerintahan Allah yang membawa pembebasan bagi orang yang terbelenggu. Itu dilihat sebagai ancaman oleh yang sedang berkedudukan. Yesus berusaha menjadikan kembali Israel sebagai suatu umat dan masyarakat yang setia kepada Allah, masyarakat yang adil serta berbelas kasih juga untuk mereka yang sering kali dirampas haknya. Misi Yesus itu mengalami penolakan dari pihak-pihak yang berkuasa. Ia menderita karena diutus memperjuangkan Kerajaan Kebenaran.
(Bersambung)