Mengubah Diri dan Percaya kepada Injil

Minggu, 18 Februari 2018 – Hari Minggu Prapaskah I

233

Markus 1:12-15

Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”

***

Injil hari ini menceritakan peristiwa setelah Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Ia lalu dipimpin ke padang gurun, berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam di situ, serta mengalami pencobaan oleh Iblis. Yesus mampu menahan godaan karena tekad-Nya untuk setia kepada misi yang dipercayakan kepada-Nya oleh Bapa.

Kemudian Yesus berkata, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Pada hari Minggu pertama Masa Prapaskah ini, kita diundang untuk merenungkan urgensi seruan pertobatan tersebut.

Seruan Yesus di atas merangkum tantangan bagi semua orang kristiani selama masa Prapaskah ini. Seruan itu berisi dua poin: yang pertama adalah agar kita “mereformasi” hidup kita; yang kedua, kita diminta percaya kepada Injil.

Untuk “mereformasi” hidup, kita perlu mengenali kejahatan-kejahatan kita dalam hidup ini, sehingga kemudian kita bisa mengubahnya. Dosa dan kejahatan yang berada di sekitar kita dan mungkin menjadi dosa kita antara lain:

(a) Nabi palsu. Kita bisa menemukan mereka di mana-mana: di acara-acara talk show TV, kolom gosip, iklan, politik, bahkan agama. Mereka mungkin mengandalkan popularitas, kecantikan, atau kekayaan. Mereka menjual pesan yang mendorong orang untuk memilih kandidat yang salah, membeli produk yang terlalu mahal, atau mempercayai beberapa gagasan religius yang tidak sejalan dengan ajaran Yesus.

(b) Ketidakjujuran. Kita dengan mudah memaafkan kebohongan untuk melepaskan diri dari rasa malu. Biasanya dosa ini mempunyai satu aturan dasar: jangan ketahuan.

(c) Takut. Yesus sering menasihati murid-murid-Nya untuk tidak takut. Ketakutan bisa menjadi sumber ketidakberdayaan atas apa yang baik dan benar, mencegah kita untuk mengatakan kebenaran, membatasi penggunaan talenta kita, menahan kita untuk membantu orang lain, dan sebagainya.

(d) Keserakahan. Keserakahan adalah keinginan yang berlebihan atas kekayaan. Banyak masalah sosial berakar pada keserakahan, misalnya perang, polusi, penggundulan hutan, narkoba, perdagangan manusia, kejahatan, kecurangan dalam bisnis, juga kecurangan dalam pemilihan umum. Manusia tidak bisa merasa puas, tidak bisa berkata “cukup.”

(e) Ketidakpedulian. Yang dimaksud adalah ketidakpedulian kepada Allah, yang pada gilirannya menyebabkan ketidakpedulian terhadap sesama dan lingkungan. Keyakinan ini membuat orang merasa cukup dengan dirinya, sehingga menjadi apatis terhadap segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Orang berpikir bahwa dirinya merupakan sumber dari segala sesuatu. Dia merasa cukup dengan dirinya sendiri. Ia tidak hanya mencari pengganti Tuhan, tetapi lebih dari itu, ia ingin hidup tanpa Tuhan. Sebagai konsekuensinya, orang tersebut tidak mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.

(f) Pandangan bahwa yang lain selalu salah. Ada orang yang selalu tahu siapa yang harus disalahkan bila ada yang salah. Orang itu gagal untuk melihat bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab pribadi untuk banyak hal yang tidak beres dalam hidup mereka masing-masing.

Poin kedua dari seruan Yesus adalah “percaya kepada Injil.” Ini berarti kita harus percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang datang kepada kita sebagai manusia dan menyelamatkan kita dari keberdosaan kita. Ini berarti kita diundang mencari Yesus terutama di dalam Sakramen Tobat, dan menerima pengampunan dan penyembuhan rohani dari Dia. Ini berarti pula bahwa kita diajak mencari Yesus terutama dalam Sakramen Ekaristi yang kudus, dan menerima dari Dia sebagai makanan bagi jiwa kita dalam perjalanan kita menuju kehidupan kekal. Jadi, setelah melihat kejahatan dan dosa dalam hidup kita, kita berpaling kepada Tuhan untuk meminta pertolongan terutama dalam doa untuk mendapatkan kekuatan dari-Nya.

Itulah dua poin pengajaran Yesus bagi kita untuk memulai Masa Prapaskah ini. Kita diundang untuk memperbarui hidup kita, untuk percaya kepada Injil, dan untuk percaya bahwa Yesus dapat menyelamatkan kita.