Yohanes 2:1-11
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu — dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya — ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
***
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang pesta perkawinan di Kana, di mana Bunda Maria dan Yesus hadir dalam pesta itu. Yesus dalam kesempatan ini melakukan mukjizat untuk pertama kalinya, yakni mengubah air menjadi anggur. Sangat menarik bahwa yang mengambil inisiatif adalah Bunda Maria. Yesus bertindak atas permintaan ibu-Nya tersebut. Karena itu, renungan kali ini akan kita fokuskan pada sosok Bunda Maria.
Bunda Maria adalah sosok yang sangat peduli. Kita tahu bahwa salah satu ukuran kesuksesan sebuah pesta adalah tersedianya konsumsi yang memadai. Bila makanan dan minumannya kurang, penyelenggara pesta pasti akan sangat gusar dan panik. Ini juga yang dirasakan oleh penyelenggara pesta perkawinan di Kana ketika anggur mereka habis, padahal tamu masih banyak.
Di sinilah tampak kepedulian Bunda Maria yang sangat besar. Ia menghendaki agar pesta itu tetap penuh sukacita dan tuan rumah tidak dipermalukan. Bunda Maria lalu memberitahukan situasinya kepada Yesus, sebab dia tahu hanya Yesus yang dapat mengatasinya. Yesus lalu mengubah air menjadi anggur, mengubah rasa tawar menjadi manis. Seketika, semua orang pun penuh dengan sukacita. Mereka menikmati anggur yang lebih enak daripada sebelumnya.
Pada zaman sekarang ini, kepedulian terhadap sesama sangat mahal harganya. Banyak orang tidak peduli kepada orang lain; banyak juga yang peduli, tetapi ternyata memiliki pamrih atau kepentingan tertentu. Kepekaan menjadi barang langka, sehingga terciptalah kesenjangan sosial dalam masyarakat: Ada yang bisa makan berkelimpahan sampai sisanya dibuang-buang, sementara pada saat yang sama banyak yang belum tentu bisa makan sekali sehari karena begitu miskin. Inilah kondisi yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap sesama, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh sesama anggota masyarakat. Ketidakadilan merajalela; kesejahteraan tidak tersebar secara merata. Yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.
Meneladan kepedulian Bunda Maria, semoga kita terinspirasi untuk peduli kepada sesama secara tulus dengan cara-cara yang mampu kita lakukan. Dengan kepedulian kita, semoga Tuhan berkenan mengubah kehidupan yang hambar karena berbagai macam keprihatinan menjadi kehidupan yang manis dan teberkati. Semoga kita juga makin mendekatkan diri kita kepada Bunda Maria, sebab kedekatan padanya akan membuat kita makin dekat kepada Yesus, Putranya.