Siap Menerima Kerajaan Allah

Rabu, 29 Januari 2025 – Hari Biasa Pekan III

41

Markus 4:1-20

Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”

***

Saudara-saudari, beriman itu merupakan proses untuk makin mengenal dan mencintai Tuhan. Iman mengalami pertumbuhan. Dalam pertumbuhannya, iman selalu berhadapan dengan situasi atau kondisi yang dapat menjadi penghambat atau penghalang. Situasi atau kondisi itu berbentuk tantangan dan kesulitan-kesulitan hidup.

Kerajaan Allah bagaikan benih yang ditaburkan Allah dalam diri kita. Benih itu baik, tetapi diri kita ini bermacam-macam, ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Jika pribadi kita ternyata masih kurang baik, kita diundang untuk berjuang agar bertumbuh menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Allah. Ini tidak mudah, namun kita harus meyakini bahwa hasil tidak pernah mengkhianati proses.

Proses dan pertumbuhan membutuhkan keterbukaan akan rahmat Allah yang menjernihkan seluruh hidup kita. Dalam setiap proses dan pertumbuhan, ada kesetiaan, kesabaran, kebijaksanaan, sukacita, dan kerelaan. 

Perumpamaan tentang benih yang kita dengarkan hari ini mengajak kita berinstropeksi akan kesiapan dan kesediaan kita untuk menerima Kerajaan Allah. Sudahkah kita siap menerima kehadiran-Nya? Sudahkah kita siap memberi ruang dan waktu bagi karya Allah?

Perjumpaan dengan Yesus hendaknya menjadikan kita mengalami hidup yang berkelimpahan. Hambatan yang sering kali muncul dalam hal ini adalah kemalasan, ketidakpedulian, juga sikap merasa cukup. Jangan sampai kita mengalah kepada kelemahan-kelemahan itu. Dengan dukungan Roh Kudus, mari kita terus berjuang untuk menjadi pribadi yang makin baik dari hari ke hari.