Belajar dari Kepala Pemungut Cukai

Selasa, 19 November 2024 – Hari Biasa Pekan XXXIII

71

Lukas 19:1-10

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

***

Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Istilah “kepala” bisa berarti berpangkat tinggi, atau bisa juga semata-mata merujuk pada kekayaan Zakheus yang besar, yang dia kumpulkan dari pekerjaannya ini, bisa jadi dengan menambahkan komisinya dari pajak yang dipungut dari rakyat.

Zakheus sepertinya tidak mengenal Yesus, namun dia sangat penasaran. Dia mungkin pernah mendengar tentang Yesus dari rekan-rekannya sesama pemungut cukai, bahwa Yesus adalah seorang guru yang mau bergaul dengan orang-orang pinggiran seperti mereka.  Sebagai pemungut cukai, Zakheus memang tidak disukai oleh sesama orang Yahudi karena dianggap bekerja bagi penjajah, yakni orang Romawi.

Orang Yahudi menilai orang semacam Zakheus sebagai orang-orang najis. Para pemungut cukai dipandang mengambil uang dari orang Yahudi untuk diberikan kepada penjajah Romawi, sering kali dengan cara memeras, dalam arti menuntut uang lebih banyak dari yang seharusnya dan tidak segan mengambil sebagian darinya untuk keuntungan sendiri. Karena itulah pemungut cukai sering dijuluki pengkhianat bangsa.

Apa yang diharapkan Zakheus dari Yesus? Kita tidak bisa mengetahui motif Zakheus dengan pasti. Mungkin dia secara aktif ingin berjumpa dengan Yesus karena mau bertobat, tetapi mungkin pula hanya karena penasaran. Yesus sendiri tidak menanyakannya. Dia memanggil Zakheus, dan langsung menyampaikan keinginan-Nya untuk singgah ke rumahnya. Zakheus dengan gembira menanggapi perkataan Yesus itu dengan tangan terbuka.

Orang-orang mengkritik Yesus karena mau menjumpai dan bahkan menumpang di rumah seorang pengkhianat bangsa seperti Zakheus. Namun, perubahan dalam diri Zakheus menarik untuk diperhatikan. Kepala pemungut cukai itu menunjukkan pertobatannya secara konkret. Ia menyatakan akan memberikan setengah dari hartanya kepada orang-orang miskin dan membayar ganti rugi kepada orang-orang yang diperasnya.

Atas perubahan itu, Yesus mengatakan, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Kehadiran Yesus akan menggerakkan pertobatan dalam diri orang-orang yang menerima-Nya. Namun, seperti yang dicontohkan oleh Zakheus, suatu pertobatan perlu diikuti oleh sikap hidup yang lebih baik, yaitu dengan memberikan diri secara nyata demi kebaikan bersama.