Semangat Mengampuni

Kamis, 19 September 2024 – Hari Biasa Pekan XXIV

63

Lukas 7:36-50

Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.” Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.”

“Ada dua orang yang berutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan utang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan utangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.” Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

***

Ketika kita mampu untuk menanamkan sikap saling mengampuni, sukacita kita akan lebih besar, persahabatan akan meluas, dan kedamaian akan semakin mengakar. Lebih dari itu, semangat mengampuni tidak hanya mengubah hidup orang yang telah melakukan kesalahan, tetapi juga akan menguntungkan orang yang memberi pengampunan itu sendiri.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus diundang makan malam di rumah Simon, seorang Farisi. Ketika itu, datanglah seorang perempuan yang dikenal sebagai seorang yang berdosa. Ia menangis dan air matanya jatuh ke kaki Yesus. Kemudian ia menyeka kaki Yesus dengan rambutnya dan mengurapinya dengan minyak wangi. Membaca isi hati Simon, Yesus tahu bahwa ia menggerutu menghakimi diri-Nya dan perempuan itu. Yesus lantas menceritakan perumpamaan tentang seorang yang berutang yang tidak mampu membayar utangnya itu, tetapi kemudian mendapatkan pengampunan.  

Melalui perumpamaan tersebut, pertama-tama Yesus menunjukkan kepada Simon dan kepada kita semua arti dari kasih. Perempuan itu telah menunjukkan kasih yang besar: Dengan air matanya, ia mengungkapkan kasih dan rasa syukurnya yang mendalam atas kehadiran Yesus. Simon mungkin mengasihi Yesus, tetapi tidak sebanyak dan sedalam yang ditunjukkan oleh perempuan itu. Di lain pihak, perlakuan Yesus terhadap perempuan pendosa tersebut menunjukkan kasih dan kebaikan yang luar biasa. Tuhan menawarkan harapan dan pengampunan kepada setiap orang berdosa yang mau bertobat dan mengikuti panggilan kasih-Nya.

Mengapa kita harus mengampuni sesama sebagaimana yang dicontohkan oleh Yesus hari ini? Tidak ada senjata yang lebih ampuh untuk menyelesaikan konflik dalam hidup kita selain pengampunan. Pengampunan berkuasa untuk menyembuhkan banyak penyakit di dunia ini. Ketika kita mampu menggunakan semangat pengampunan dengan baik, sejatinya kita akan membawa kedamaian dan sukacita ke tengah masyarakat. Pengampunan akan menghapuskan rasa takut, benci, marah, dan dendam dari hidup kita. Dengan mengampuni, kita memberi ruang bagi kasih di dalam diri kita agar bisa terus bertumbuh dan berkembang.

Menanamkan semangat pengampunan juga membuat lingkungan hidup kita menjadi lebih indah dan harmonis. Pengampunan tidak hanya membuat kita utuh kembali, tetapi juga memberi kita energi, serta membuat dunia kita lebih indah dari sebelumnya. Di sini, kita bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan perempuan itu setelah mencermati ucapan Yesus kata demi kata. Yesus bersikap sangat berbeda dari orang-orang lain karena memperlakukannya dengan penuh kasih. Mari kita belajar untuk semakin mengasihi Tuhan dan sesama, serta menanamkan semangat saling mengampuni.