Lukas 7:31-35
Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.
Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
***
Disadari atau tidak, mencari-cari kesalahan orang lain tampaknya menjadi salah satu hobi manusia. Dalam rangka mencari-cari kesalahan orang lain, orang tidak segan berusaha mengadu domba sesamanya, bersikap angkuh, dan menganggap diri paling benar. Hal itu tampak dalam bacaan Injil hari ini. Yesus berhadapan dengan orang-orang yang getol mencari-cari kesalahan diri-Nya, juga Yohanes Pembaptis. Sama-sama utusan Allah, Yesus dan Yohanes Pembaptis memiliki gaya dan pendekatan yang berbeda dalam mengomunikasikan pesan Allah kepada para pendengar mereka.
Yohanes Pembaptis menyuarakan belas kasihan Allah atas manusia dengan menyerukan semangat pertobatan. Ia hidup dalam kesederhanaan dan membaptis orang di Sungai Yordan. Dengan melakukan itu, Yohanes berusaha menolong orang-orang agar sampai pada kesadaran yang mendalam akan keberdosaan mereka. Akan tetapi, sejumlah pihak mencibir cara hidup Yohanes karena dianggap terlalu asketik. Mereka menganggap kesalehan hidup itu sebagai sebuah kegilaan.
Di sisi lain, Yesus berusaha merangkul semua orang tanpa tebang pilih. Ia mendekati berbagai pihak dan bergaul dengan mereka, termasuk orang-orang yang dianggap masyarakat sebagai kaum pendosa. Sikap Yesus ini dilihat sejumlah pihak sebagai pembangkangan terhadap kehendak Allah. Mereka melihat-Nya sebagai seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Sumber penolakan terhadap Yesus dan Yohanes Pembaptis tidak lain adalah kesombongan. Kesombongan merupakan lawan dari kerendahan hati. Yesus lalu berusaha menunjukkan kepada mereka tentang bahaya dari kesombongan dan sikap yang tidak mau percaya. Orang sombong, karena merasa aman dengan pendapatnya sendiri, cenderung melihat orang lain sebagai pihak yang kurang, salah, atau keliru. Mereka keras kepala, berhati degil, dan mengabaikan hikmat ilahi.
Penting bagi kita untuk tidak jatuh ke dalam jebakan seperti itu. Tuhan berbicara kepada kita melalui begitu banyak cara, dalam berbagai situasi, dan dengan perantaraan banyak orang. Tuhan bisa saja berbicara kepada kita melalui seorang yang suci atau seorang berdosa, melalui seorang laki-laki atau perempuan, melalui seorang tua atau anak muda, melalui seorang terpelajar atau orang yang buta huruf. Apa pun itu, kita harus selalu siap mendengarkan Dia dengan pikiran dan hati yang terbuka.