Menghidupi Ucapan Bahagia

Rabu, 11 September 2024 – Hari Biasa Pekan XXIII

101

Lukas 6:20-26

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

***

Yesus hari ini menyampaikan apa yang sering disebut sebagai “ucapan bahagia dan peringatan”. Perikop ini merupakan bagian dari khotbah di dataran, di mana Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya dan orang banyak. Melalui kata-kata yang disampaikan-Nya, Yesus membalikkan pandangan duniawi tentang kebahagiaan dan sukses, serta mengingatkan kita tentang nilai-nilai Kerajaan Allah.

Ucapan bahagia: Paradigma baru tentang kebahagiaan. Yesus memulai dengan ucapan-ucapan bahagia yang tampaknya bertentangan dengan apa yang dianggap sebagai berkat dalam pandangan dunia. Bagaimana tidak, yang disebut berbahagia justru orang yang miskin, orang yang lapar, orang yang menangis, dan orang yang dibenci karena Anak Manusia. Ucapan-ucapan ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kekayaan, kenyamanan, atau popularitas duniawi. Yesus mengundang kita untuk melihat kebahagiaan dari sudut pandang Kerajaan Allah, di mana kemiskinan, kelaparan, dan penderitaan menjadi jalan menuju berkat rohani yang lebih dalam. Ini adalah panggilan untuk meletakkan kepercayaan kita bukan pada hal-hal duniawi, melainkan pada Tuhan yang memelihara dan memberkati kita, bahkan dalam keadaan yang paling sulit.

Peringatan: Bahaya dari keamanan duniawi. Setelah memberikan ucapan bahagia, Yesus melanjutkan dengan peringatan. Mereka yang kaya, yang kenyang, yang tertawa, dan yang dipuji-puji orang disebut-Nya celaka. Orang-orang itu mengandalkan kekayaan, kenyamanan, dan pujian dari orang lain sebagai sumber kebahagiaan mereka. Yesus mengingatkan bahwa keamanan duniawi itu sementara dan tidak dapat memberikan kebahagiaan yang kekal. Ketika terlalu fokus pada hal-hal duniawi, kita berisiko kehilangan berkat-berkat rohani yang lebih penting dan kekal. Yesus mengajarkan bahwa kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam pencarian kekayaan dan popularitas yang dapat menjauhkan diri kita dari Allah. Peringatan ini juga menjadi pengingat agar kita senantiasa rendah hati dan bergantung pada Tuhan, bukan pada apa yang kita miliki atau apa yang orang lain katakan tentang kita.

Panggilan untuk hidup yang berfokus pada Kerajaan Allah. Ucapan bahagia dan peringatan ini mengarahkan kita untuk mengevaluasi hidup kita: Apa yang kita anggap sebagai kebahagiaan sejati? Apakah kita mencari kebahagiaan dalam hal-hal duniawi, ataukah kita mencari kebahagiaan dalam hubungan kita dengan Tuhan? Yesus mengundang kita untuk mengalihkan fokus dari hal-hal yang sementara kepada hal-hal yang kekal. Kita diajak untuk menemukan kebahagiaan dalam iman kepada Tuhan, meskipun itu berarti menanggung penderitaan, kelaparan, atau ketidakpopuleran di dunia ini. Pada akhirnya, kebahagiaan sejati ditemukan dalam hubungan yang intim dengan Tuhan dan dalam pengharapan akan Kerajaan-Nya yang kekal.

Hari ini kita diingatkan bahwa nilai-nilai Kerajaan Allah sering kali bertentangan dengan nilai-nilai dunia. Kita dipanggil untuk menjalani hidup yang berbeda, hidup yang mengutamakan hubungan dengan Tuhan di atas segala hal. Dalam segala keadaan, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan adalah sumber kebahagiaan sejati kita. Mari kita renungkan ucapan bahagia dan peringatan ini sebagai panduan untuk hidup kita. Semoga kita semakin berakar dalam iman, mencari kebahagiaan dalam Tuhan, dan menghindari jebakan dunia yang bisa menjauhkan kita dari kasih dan kebenaran-Nya.