Meninggalkan Masa Lalu

Senin, 19 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XX

71

Matius 19:16-22

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

***

Akhir perjalanan hidup kita adalah kemuliaan dan kehidupan kekal bersama Allah. Namun, kita membutuhkan konsistensi dan konsientisasi (kesadaran) akan tujuan itu. Konsisten sebagai pribadi yang diselamatkan, kita harus selalu mengusahakan hidup yang benar di hadapan Allah dan sesama. Kita juga harus punya semangat pertobatan yang tiada henti agar hidup kita semakin selaras dengan kehendak Allah. Di samping itu, kita harus sadar dan terus-menerus yakin akan kerahiman Allah yang berlimpah ruah.

Saudara-saudari, ternyata ada banyak orang yang meragukan kuasa, kasih, dan kerahiman Allah. Mengapa itu bisa terjadi? Ada yang sudah berdoa dan bertobat, tetapi terus saja merasa bahwa dirinya tidak mengalami perkembangan dan kemajuan dalam hidup. Ada yang sudah berusaha untuk mengampuni, tetapi masih juga merasa kecewa dan sakit hati. Ada yang sudah memasrahkan diri kepada Allah, tetapi masih mengalami penderitaan dan belum merasakan kehadiran-Nya. Itu semua membuat sejumlah orang mulai meragukan Dia.

Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama (Yeh. 24:15-24) dipanggil untuk mempertobatkan dan memberikan penyadaran kepada umat. Umat diajak agar selalu menunjukkan perubahan hati dan hidup supaya tetap berada di jalan cinta kasih Tuhan. Hendaknya mereka berani menanggalkan cara hidup yang tidak sejalan dengan jalan Tuhan. Ikutilah jalan Tuhan dengan sepenuh hati tanpa ragu. Tuhan yang mereka imani adalah benar-benar Allah yang sejati.

Dalam bacaan Injil ditegaskan, berani mengikuti jalan Tuhan berarti berani meninggalkan masa lalu melalui pertobatan dan pembaruan diri. Kita harus selalu berjalan lurus di jalan Tuhan, jalan cinta kasih, jalan keselamatan. Caranya adalah dengan semakin setia, konsisten, serta selalu menyadari bahwa kita adalah hamba dan milik Tuhan semata.