Mempunyai Iman yang Besar

Rabu, 7 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XVIII

67

Matius 15:21-28

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

***

Potret seorang beriman yang dikehendaki Tuhan tampak dalam diri perempuan Kanaan yang tampil dalam bacaan Injil hari ini. Berasal dari luar Israel yang secara religius tidak mengenal Allah, perempuan ini akhirnya mengalami berkat yang luar biasa. Karakter iman perempuan ini dihasilkan dari usahanya mengenal Tuhan secara sungguh-sungguh. Ia berani datang kepada Yesus dengan sikap pasrah. Dengan tekun, ia mengarahkan harapan hanya kepada-Nya. Yesus pun berkata, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Itulah berkat dari Tuhan yang sempurna baginya.

Pertama, sebelum datang kepada Yesus, perempuan ini mencoba mengenali-Nya. Seruan, “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud,” menunjukkan hal itu. Ia mengenali Yesus sebagai keturunan Daud, raja besar di Israel yang teberkati. Sebagaimana Daud, pasti Yesus bermurah hati demi kesejahteraan semua orang.

Kedua, perempuan ini memiliki ketekunan rohani yang luar biasa. Dua kali perempuan ini mengalami situasi yang menyedihkan. Setelah sebelumnya didiamkan oleh Yesus, ia pun dibandingkan dengan anjing. Ini terkait dengan pemahaman religius Yahudi bahwa orang-orang bukan Yahudi merupakan orang asing yang tidak patut menerima berkat Allah. Seharusnya perempuan ini marah, tetapi yang terjadi tidak demikian. Tanggapan yang diterimanya itu justru menjadi semangat baginya untuk memohon semakin kuat. Dia sungguh yakin bahwa yang sanggup menyembuhkan anaknya hanya Yesus seorang.

Mari kita belajar dari perempuan Kanaan ini dengan berusaha mengenali Yesus secara pribadi dan tekun dalam olah rohani. Itulah yang akan mendekatkan kita dengan Yesus secara keseluruhan, tidak hanya secara nalar pengetahuan saja. Segala usaha yang kita buat seharusnya merupakan wujud keyakinan kita akan kuasa Yesus. Dengan menerima situasi hidup yang tidak mengenakkan, kita akan bertumbuh dalam iman. Yakinlah bahwa Tuhan pasti akan membantu. Tidak perlu mengatur waktunya Tuhan. Cukuplah kalau kita bertahan dalam keyakinan akan kuasa-Nya. Itu pasti akan membuat kita menjadi pribadi yang teberkati dalam hidup sehari-hari.