Menangkap dan Membunuh Yohanes

Sabtu, 3 Agustus 2024 – Hari Biasa Pekan XVII

56

Matius 14:1-12

Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.

Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

***

Herodes adalah seorang penguasa. Ia menggunakan kekuasaannya dengan tidak bijaksana, yakni dengan memakainya sebagai sarana untuk mencari keuntungan sendiri dan untuk kepuasaan nafsunya. Herodias adalah istri saudaranya. Menikahi Herodias adalah perbuatan melawan peraturan dan tata krama. Namun, dengan kekuasaan yang dimilikinya, Herodes tidak peduli. Peringatan dari orang di sekelilingnya tidak ia dengarkan. Segala rintangan diterjang. Ia bahkan menyuruh untuk menangkap dan membunuh Yohanes Pembaptis yang awalnya begitu ia kagumi. Nafsu dan keserakahan telah membutakan mata hati Herodes.

Sikap dan tindakan jahat akan meninggalkan goresan dalam hati kita, serta akan terus menganggu hati nurani. Pasti ada ketidaktenangan dan rasa bersalah karenanya. Itulah yang terjadi pada Herodes. Ketika mendengar tentang Yesus, Herodes langsung mengaitkan Dia dengan Yohanes yang sudah dibunuhnya. Ia tidak tenang, mengira bahwa Yohanes bangkit dari kubur. Setiap tindakan dan sikap jahat akan menghantui hari-hari hidup kita. Hal yang tidak ada hubungannya pun bisa saja dihubung-hubungkan dan menjadi sumber kecemasan.

Bagaimana seharusnya kita bersikap? Sebagai pencegahan, jangan berbuat dosa! Ikuti suara hati yang terus berteriak memperingatkan kita. Jika sudah telanjur berbuat salah, kita perlu mengakui dan menyadari hal itu. Kita perlu membangun rekonsilisasi dengan orang yang terlibat, memohon pengampunan, serta membuka hati untuk perbaikan dan pemulihan. Setiap penolakan dan pembenaran diri tidak akan pernah membawa pada ketenangan.