Matius 13:54-58
Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ.
***
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mudah terpesona dan memperhatikan hal-hal yang bersifat wah, megah, spektakuler, dan luar biasa. Hal-hal ini diyakini berasal dari yang istimewa juga: Orang pintar pasti berasal dari keluarga yang cerdas; orang kaya pasti berasal dari keluarga bangsawan. Jarang orang bisa percaya bahwa orang miskin bisa sukses menjadi orang yang terpandang.
Itulah yang terjadi pada tetangga-tetangga Yesus. Mereka takjub dan kagum dengan kemampuan Yesus dalam mengajar di rumah ibadat. Namun, kekaguman itu menjadi sirna ketika mereka mengingat siapa Yesus. Mereka mengenali siapa dan bagaimana keluarga Yesus. Kekaguman mereka pun seketika berubah menjadi kekecewaan dan penolakan.
Mereka kecewa dan menolak Yesus karena kehebatan yang mereka lihat pada diri Yesus tidak berbanding lurus dengan keluarga-Nya. Yesus dipandang sebagai orang yang biasa-biasa saja. Ia bukan keturunan raja, bukan keturunan nabi, bukan pula keturunan guru yang hebat. Ia hanyalah anak tukang kayu, ibunya bernama Maria. Ternyata Yesus yang sempat mereka kagumi ketika mengajar di rumah ibadat berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja seperti mereka, tidak ada yang bisa dibanggakan!
Menganggap rendah, serta berpikiran buruk dan negatif akan menghalangi orang untuk melihat kebaikan. Para tetangga yang memandang rendah keluarga Yesus tidak mampu melihat perbuatan-perbuatan besar yang telah dikerjakan-Nya. Pikiran dan cara pandang negatif membuat orang sulit melihat dengan objektif, serta menghalangi orang dalam melihat kebenaran. Mereka memperhatikan siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Mereka memperhatikan latar belakang keluarga Yesus, bukan ajaran dan mukjizat yang telah dikerjakan-Nya. Cara pandang negatif mengakibatkan orang kecewa. Kekecewaan itu membuat mereka keliru dalam melangkah dengan menolak kedatangan Tuhan.