Kita Adalah Gandum

Sabtu, 27 Juli 2024 – Hari Biasa Pekan XVI

73

Matius 13:24-30

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, tampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

***

Seorang guru dengan sengaja salah menulis sebuah hasil perkalian di papan tulis. Para murid menertawakan kesalahan itu. Mereka tidak menyadari bahwa sang guru sedang mengajarkan suatu kebijaksanaan hidup. Guru tersebut berkata, “Ada sembilan perkalian yang benar yang saya tulis di papan, tetapi kalian hanya memperhatikan dan menertawakan satu kesalahan yang saya buat. Sering kali manusia memang lebih mudah melihat sisi negatif orang lain dan dirinya sendiri dibandingkan hal yang positif.”

Yesus hari ini menjelaskan tentang Kerajaan Surga dengan menggunakan perumpamaan tentang gandum dan lalang. Kerajaan Surga itu seperti orang yang menaburkan benih gandum di ladangnya, tetapi kemudian seorang musuh datang menaburkan benih lalang di situ. Benih gandum adalah benih yang baik, sementara benih lalang adalah benih yang tidak baik. Melihat adanya lalang di antara gandum, para pekerja meminta izin untuk mencabut lalang-lalang itu. Namun, pemilik ladang melarangnya agar tidak ada gandum yang ikut tercabut.

Sebagai pemilik ladang, Allah menaburkan kebaikan dalam hati manusia. Ia menciptakan manusia baik adanya. Allah melihat dan menghargai kebaikan yang ada pada setiap manusia. Ia melihat sisi baik setiap manusia dan membiarkannya bertumbuh agar kebaikan itu tidak hilang atau tercabut karena kejahatan. Cara pandang Allah adalah cara pandang yang positif.

Carl Rogers, seorang psikolog humanis, meyakini bahwa setiap manusia memiliki potensi diri, serta daya aktualisasi untuk menumbuhkan potensi tersebut. Manusia adalah ciptaan yang baik dengan sejuta potensi. Tuhan mau agar potensi kebaikan yang ditanamkan-Nya dalam diri kita berakar kuat dan bertumbuh kembang. Itu hanya mungkin tercapai kalau kita menyadari, menerima, dan percaya bahwa diri kita adalah baik adanya. Gambaran diri yang negatif hanya akan membuat kita sulit bertumbuh. Kita adalah gandum yang baik, bukan lalang yang jahat!