Murid yang Berkarakter

Jumat, 12 Juli 2024 – Hari Biasa Pekan XIV

88

Matius 10:16-23

“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.”

***

Dari rangkaian pesan Yesus untuk kedua belas murid-Nya, mungkin pesan dalam bacaan Injil hari inilah yang paling menggetarkan hati. Para murid digambarkan sebagai domba yang akan diutus ke tengah-tengah serigala. Domba adalah hewan ternak yang terbiasa diberi makan. Kini domba harus berhadapan dengan serigala, hewan liar yang bertaring dan ganas, yang terbiasa mencari mangsa. Bukankah itu berarti domba akan kalah telak dimangsa serigala?

Tidak juga. Yesus membayangkan domba-domba yang spesial. Bukan sekadar hewan ternak, domba-domba ini harus mempunyai karakter tambahan, yaitu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Sebagai domba yang diutus ke tengah-tengah serigala, mereka harus cerdik melihat situasi dan mencari penyelesaian atas setiap masalah yang dihadapi. Namun, jangan sampai kebablasan juga. Untuk itu dibutuhkan ketulusan yang akan menjadi kunci yang mengontrol kecerdikan para utusan. Dalam ketulusan, ada kesungguhan dan kejujuran. Perlu hati yang bersih untuk bisa memiliki ketulusan. Jika hati bersih, kecerdikan pasti dipakai untuk memahami situasi yang ada dan mencari pemecahan yang menguntungkan kepentingan orang banyak, bukan sebaliknya.

Yesus juga meminta para murid untuk waspada terhadap semua orang, bukan terhadap orang-orang tertentu saja yang terlihat mengancam. Apa yang ingin disampaikan Yesus? Jangan tertipu dengan kedok keagamaan dan status sosial yang tinggi! Siapa pun bisa jatuh dalam dosa ketika mereka tidak mengenal Allah. Mereka akan menuntut dan menyudutkan para murid. Namun, para murid tidak perlu khawatir menyiapkan pembelaan, sebab bukan mereka yang akan berbicara pada saat disudutkan, melainkan Roh Bapa.

Kebencian terhadap para pengikut Yesus bisa datang dari pihak mana saja, bahkan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Ini pasti situasi yang sangat tidak mudah dan tidak menyenangkan. Bagaimanapun Yesus menuntut kesetiaan total dari para murid-Nya. Kesetiaan mereka terhadap-Nya hendaknya tidak bisa ditawar oleh apa pun juga, termasuk ikatan darah. Ia menyatakan dengan tegas, “Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”

Menjadi murid Yesus memang tidak mudah. Yesus menuntut kita untuk memiliki karakter mental dan jiwa yang berkualitas tinggi. Kita dituntut untuk berani namun rendah hati, cerdik namun tulus, serta berbelaskasihan kepada sesama namun setia kepada Tuhan saja. Itu karena tugas pengutusan yang harus kita jalankan merupakan tugas yang penting dan berat. Banyak tantangan mengancam kita di sepanjang jalan. Namun, jaminan keselamatan telah diberikan Yesus sejak awal, selama kita terus setia berjalan dan bertahan di jalan kebenaran.