Kata yang Selaras dengan Tindakan

Kamis, 27 Juni 2024 – Hari Biasa Pekan XII

101

Matius 7:21-29

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

***

Ada sebuah ungkapan klasik dalam bahasa Latin: verba docent, exempla trahunt, yang berarti: kata-kata mengajar, tindakan memberi teladan. Ungkapan tersebut membantu kita untuk merenungkan bacaan Injil hari ini yang memberi perhatian pada kata dan tindakan orang-orang yang menjadi murid Yesus.

Kata dan tindakan murid-murid Yesus harus selaras. Jika kita mengajar orang lain tentang cinta kasih, kita juga harus melakukan cinta kasih. Jika kita menasihati orang lain supaya hidup damai, kita juga harus senantiasa bertindak damai. Kita tidak hanya berseru kepada Tuhan melalui doa dan ibadah, tetapi juga harus selalu melaksanakan kehendak Allah. Melaksanakan kehendak Allah jauh lebih penting dan utama, sebab adalah penghayatan dan pengamalan iman yang dapat mengantar seseorang untuk memperoleh Kerajaan Allah. Yesus menegaskan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.”

Orang yang setia dan tekun mendengarkan dan melaksanakan firman Allah diibaratkan seperti orang bijak yang mendasarkan hidupnya di atas dasar iman yang kokoh. Sekalipun menghadapi tantangan, kesukaran, dan penderitaan, ia tetap berdiri teguh karena bersandar pada Allah. Sebaliknya, jika seseorang tidak mendengarkan dan melaksanakan firman Allah, dia itu seperti orang bodoh yang mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai duniawi yang rapuh. Ketika mengalami tantangan, kesukaran, dan penderitaan, ia tidak akan mampu bertahan. Bodoh di sini bukan dalam arti ketidakmampuan untuk berpikir, melainkan kurang memahami, menghayati, dan mengamalkan sabda Tuhan. Bodoh juga dimengerti sebagai sikap yang kurang bijak dalam menata hidup.

Kita diajak untuk menjadi orang bijak yang mendengarkan, menghayati, dan melaksanakan firman Allah. Sabda Tuhan hendaknya menjadi pedoman, inspirasi, dan terang dalam hidup umat kristiani. Mari kita belajar menyelaraskan kata, tindakan, dan seluruh hidup kita dengan firman Allah Allah.