Kuasa Yesus Berasal dari Allah

Sabtu, 1 Juni 2024 – Peringatan Wajib Santo Yustinus

106

Markus 11:27-33

Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari surga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

***

Yesus memasuki Bait Allah di Yerusalem dan meninjau segala sesuatunya, baik seluruh kegiatan yang berlangsung di situ maupun keadaan lingkungan sekitarnya. Sesudahnya, Dia tidak segera melakukan sesuatu, tetapi sebaliknya pergi ke Betania bersama para murid-Nya karena hari sudah malam. Betania berfungsi sebagai basis kegiatan Yesus ketika berada di Yerusalem, sama seperti Kapernaum ketika Ia berada di Galilea.

Keesokan harinya, Yesus dan kedua belas murid-Nya kembali ke Yerusalem. Pada saat itulah Ia mengacaubalaukan aktivitas perdagangan di Bait Allah. Orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah diusir-Nya. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan, sementara orang-orang yang membawa barang-barang dilarang-Nya melintasi halaman Bait Allah. Tindakan ini dipandang sebagai bentuk nubuat kenabian yang kuat dan berwibawa guna memperingatkan akan kehancuran Bait Allah, sebab tempat itu tidak dijadikan tempat doa bagi segala bangsa, tetapi malah dijadikan sarang penyamun. 

Melihat itu, imam-imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua mempertanyakan kuasa Yesus. Pertanyaan mereka didasarkan pada asumsi bahwa tidak seorang pun memiliki kuasa dari dirinya sendiri untuk mengacaubalaukan aktivitas di lingkungan Bait Allah, atau tidak seorang pun memiliki kuasa dari dirinya sendiri untuk melakukan seperti yang dilakukan Yesus.

Menanggapi pertanyaan dengan balik bertanya merupakan taktik debat yang umum pada masa itu dan Yesus menggunakannya kali ini. Ia menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepada-Nya sampai mereka terlebih dahulu menjawab pertanyaan-Nya terkait dengan otoritas di balik baptisan Yohanes, apakah dari surga atau dari manusia. Dengan ini, Yesus menghadapkan sebuah dilema kepada orang-orang yang menentang-Nya, dan mengisyaratkan bahwa kuasa-Nya berasal dari Allah sama seperti kuasa Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis tidak diberi kuasa oleh para pemimpin agama Yahudi di Yerusalem untuk memberikan baptisan tobat demi pengampunan dosa. Tindakannya itu, juga tindakan Yesus mengacaukan aktivitas perdagangan di Bait Allah, berada di luar struktur yang diakui oleh otoritas Yahudi. Apa yang mereka lakukan dilandaskan pada kuasa yang diberikan Allah kepada mereka sebagai utusan-Nya. Sebagai pengikut Kristus, sikap dan tindakan kita seharusnya didasarkan firman Allah, bukannya didasarkan pada keinginan dan kehendak kita sendiri.