Lihatlah Buahnya

Rabu, 22 Mei 2024 – Hari Biasa Pekan VII

98

Markus 9:38-40

Kata Yohanes kepada Yesus: “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

***

Para murid mengawali bacaan Injil hari ini dengan tindakan merajuk kepada Yesus, sebab ada pribadi tertentu yang mengusir setan demi nama-Nya, padahal orang itu bukan anggota kelompok mereka. Mereka pun melarang orang itu agar tidak melakukan tindakan demikian. Namun, Yesus dengan nada tegas meminta mereka untuk tidak melakukan pencegahan.

Tindakan para murid adalah tindakan membuat pembatas mengenai siapa pengikut Yesus atau bukan. Mereka masih berorientasi pada unsur kesamaan, bukan berdasarkan tujuan. Bukankah hal seperti itu juga sering kita saksikan di dalam hidup kita? Ada banyak tindakan membeda-bedakan yang bisa kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari: Mulai dari pembedaan berdasarkan agama, suku, ataupun pandangan. Kita memang lebih mudah untuk menyukai sesuatu yang sama atau serupa.

Yesus lagi-lagi mengingatkan kita bahwa orientasi-Nya bukanlah tentang kesamaan, melainkan tentang keselamatan. Keselamatan bisa datang dari mana pun, meskipun itu bukan berasal dari kelompok-Nya. Allah bisa bekerja dan melakukan tindakan keselamatan melalui berbagai cara dan tindakan. Yang penting, semuanya bersumber dari Allah sendiri.

Sebagai contoh, saat saya memberikan rekoleksi untuk anak-anak SD Pangudi Luhur St. Yosef di Ketapang, anak-anak yang mengikuti rekoleksi itu tidak hanya dari kalangan Katolik, tetapi juga yang beragama lain. Yang menarik, anak-anak itu mampu berefleksi bahwa mereka dapat menemukan makna dan kehadiran Tuhan dari setiap pengalaman mereka. Jadi, bahwa mereka bisa menemukan makna dan kehadiran Tuhan, serta terdorong untuk berbuah, itulah yang hendaknya menjadi acuan.

Untuk refleksi kita: Apakah kita masih mengotak-ngotakkan orang lain dengan kelompok kita? Apa yang diajarkan Yesus untuk kita hari ini?