Sengsara Membawa Nikmat

Selasa, 30 April 2024 – Hari Biasa Pekan V Paskah

149

Yohanes 14:27-31a

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.”

***

Saudara-saudari yang terkasih, sekitar tahun 90-an ada sebuah sinetron yang judulnya cukup menarik, yakni Sengsara Membawa Nikmat. Dalam sinetron ini dikisahkan tentang perjuangan seorang pemuda untuk meraih kebahagiaan hidup. Kebahagiaan itu hasil perjuangan, bukan hasil instan yang diperoleh melalui kenikmatan duniawi.

Bacaan pertama hari ini (Kis. 14:19-28) berkisah tentang Paulus yang karena keberaniannya mewartakan Kristus yang bangkit dilempari batu oleh orang-orang di Listra. Mereka melakukan itu setelah dihasut oleh orang-orang Yahudi dari Anthiokia dan Ikonium. Meskipun diperlakukan seperti itu, Paulus tidak gentar, sebab ia bersaksi tentang Allah dan apa yang telah diperbuat-Nya bagi manusia. Setelah dilempari batu dan diseret ke pinggir kota karena dianggap sudah mati, Paulus bahkan masih bisa menguatkan hati para murid agar bertekun dalam iman. Ia sangat yakin bahwa setelah derita akan selalu ada kebahagiaan, sesuai dengan janji Tuhan dalam bacaan Injil hari ini: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Tidak mudah untuk bertahan dalam penderitaan, terutama karena memperjuangkan kebaikan bagi orang lain. Tidak jarang kita berpikir untuk apa bersusah payah menjadi orang baik bila harus menghadapi kesulitan dan tantangan yang tak berujung. Meskipun terkadang pikiran itu masuk akal, baiklah kita mengingat bahwa hidup di dunia ini singkat. Dengan demikian, kalaupun kita mengalami kesukaran, itu hanya sementara saja. Sementara itu, hidup di akhirat adalah abadi. Kalau kita di dunia ini berjuang demi kebaikan, surga yang dijanjikan Kristus dalam keabadian akan abadi pula kita alami.

Tuhan mengajak kita hari ini untuk mencontoh Rasul Paulus yang tidak takut dan tidak gentar menjadi saksi bagi-Nya. Mari kita berjuang menjadi saksi Kristus melalui pekerjaan dan pelayanan harian kita. Biarlah orang melihat Kristus dalam seluruh perbuatan kita, sehingga semua derita kita akan menjadi sukacita abadi. Tuhan memberkati.