Yesus Berharga

Senin, 25 Maret 2024 – Hari Senin dalam Pekan Suci

77

Yohanes 12:1-11

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

***

Yesus menegur Yudas Iskariot yang melarang Maria menuangkan minyak narwastu ke kaki-Nya. Larangan Yudas memiliki maksud lain yang berbeda dari yang dikatakannya, yakni agar minyak itu dijual dan uangnya untuk membantu orang-orang miskin. Ini karena Yudas sering mengambil uang kas yang dipegangnya. Yesus mengetahui maksud buruk Yudas, sehingga memberi teguran kepadanya.

Terlebih Yesus menghargai tindakan Maria yang melayani-Nya. Di hadapan Yesus, Yudas sudah menunjukkan sikap pengkhiatannya dengan melihat segala sesuatunya dari kacamata uang. Sementara itu, Maria menunjukkan penghormatan dan kasih yang besar kepada Yesus. Terhadap Yesus, ia tidak berpikir tentang untung dan rugi.

Dengan mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal, lalu menyekanya dengan rambutnya sendiri, Maria menunjukkan kasihnya yang total kepada Yesus. Tindakannya ini juga menjadi simbol bagaimana Yesus dikuburkan nantinya. Dengan melakukan itu, Maria membangun relasi yang mendalam dengan-Nya. Yesus yang sedang menyongsong kematian-Nya ditangisi seperti orang-orang menangisi kematian anak sulung mereka. Yesus sangat berharga, begitu pula sengsara dan kebangkitan-Nya.

Sebagaimana Maria berkomitmen untuk melayani secara total dan bertumbuh dalam iman karena kasihnya terhadap Yesus, kita pun diundang untuk bertindak demikian. Ketika relasi yang dibangun atas dasar komitmen itu dihidupi, kita akan melihat betapa berharganya Yesus dalam hidup kita. Kita akan semakin menyadari bahwa pengorbanan Yesus di salib adalah suatu bukti cinta-Nya yang besar terhadap kita. Pengorbanan Yesus sangat menentukan keselamatan kita.

Dengan itu, kita pun akan digerakkan untuk semakin pribadi yang lebih baik dan berkomitmen dalam melayani Tuhan dan sesama kita. Pelayanan kepada orang-orang miskin dapat dilaksanakan secara tulus, sebab tidak lagi didasari oleh berbagai alibi untuk kepentingan diri sendiri, tetapi oleh kemampuan melihat Tuhan yang hadir dalam diri mereka. Kesadaran itu akan memampukan kita memberikan perhatian total kepada mereka yang menderita.