Tuhan Memerlukannya

Minggu, 24 Maret 2024 – Hari Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan

87

Markus 11:1-10

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.” Mereka pun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!”

***

Pesan Yesus kepada para rasul-Nya di saat mereka diminta untuk menemukan keledai yang tertambat adalah agar mereka mengatakan, “Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.” Yesus menghendaki seekor keledai muda yang akan dijadikan-Nya tunggangan untuk memasuki Kota Yerusalem.

Yerusalem adalah kota tempat Yesus berziarah, di mana di situ Ia akan mengalami banyak cacian, tuduhan, pengadilan, dan penderitaan, hingga akhirnya dibunuh oleh orang-orang sebangsa-Nya. Kota ini menjadi saksi kerasnya sikap manusia terhadap Tuhan. Yesus yang menunggangi seekor keledai muda menggambarkan Dia sebagai Allah dan Raja yang lembut hati. Yesus siap menghadapi penderitaan dengan penyerahan diri total kepada kehendak Bapa. Ia tidak melakukan perlawanan sedikit pun terhadap kebengisan yang diterima-Nya.

Dapat kita renungkan: Mengapa Tuhan memilih keledai untuk ambil bagian dari perjalanan-Nya menuju Kota Yerusalem? Keledai dipandang sebagai binatang yang lemah, lambat, dan bodoh. Kendati demikian, Tuhan justru menggunakannya. Ia menghendaki agar binatang ini tidak tenggelam dalam stigma negatif tadi. Justru dalam kelemahannya, keledai menjadi alat Tuhan yang sempurna. Ia menjadi tunggangan yang kuat untuk menyangga tubuh sang Juru Selamat. Demikianlah Tuhan mengangkat martabat setiap makhluk yang dipandang rendah, hina, dan lemah.

Yesus mencintai kita justru karena kita ini pendosa serta penuh kelemahan. Dia tahu betapa kita ini mahkluk yang paling membutuhkan kasih-Nya. Penderitaan yang dialami Yesus membuat kita yang lemah dan berdosa menjadi kuat untuk memasuki kekudusan hidup. Tuhan memerlukan kita supaya kita menjadi alat-Nya yang layak untuk ambil bagian dalam karya keselamatan yang diselenggarakan-Nya. Sebagaimana si keledai telah ambil bagian dalam hidup Yesus, kita pun diundang untuk ambil bagian pula dalam misteri penderitaan, wafat, dan kebangkitan Tuhan. Tuhan menghendaki agar dalam menghadapi penderitaan, kita tidak lari dan berputus asa. Dalam setiap tantangan, Ia selalu berjalan bersama kita, agar kita bangkit bersama-Nya. Tuhan senantiasa hadir dalam perjalanan hidup kita.