Iman yang Tangguh, Dewasa, dan Kuat

Jumat, 15 Maret 2024 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

231

Yohanes 7:1-2, 10, 25-30

Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.

Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.

Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”

Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.

***

Pernahkah kita mengalami situasi di mana kita diremehkan, tidak dianggap, dan tidak diperhitungkan? Hal itu pastinya tidak mengenakkan. Ada perasaan marah, jengkel, dan malu, padahal segala yang baik sudah kita lakukan, misalnya dengan bekerja dan bertingkah laku dengan tulus, rendah hati, dan bersemangat untuk melayani. Perlakuan buruk dari orang lain tersebut membuat diri kita rasa-rasanya tidak berguna. Hidup, pekerjaan, dan pelayanan yang kita lakukan tampaknya sia-sia belaka.

Meskipun Yesus sudah melalukan pekerjaan baik dan karya-karya yang penuh cinta kasih, tetap saja ada orang yang tidak percaya kepada-Nya, bahkan memberikan penilaian yang negatif. Menanggapi hal itu, apa yang dilakukan Yesus? Ia tidak terganggu sama sekali. Apa pun sikap orang terhadap-Nya, Yesus terus saja mengajar dan menyembuhkan orang sakit. Ia tetap setia kepada misi yang diterima-Nya dari Allah Bapa. Tak ada yang bisa menggoyahkan kesetiaan-Nya itu.

Alih-alih menghancurkan kita, peristiwa dan pengalaman hidup yang berat hendaknya malah membuat iman kita menjadi tangguh, dewasa, dan kuat. Iman yang tangguh, dewasa, dan kuat dimiliki oleh orang-orang yang tekun, gembira, dan tulus dalam melakukan kebaikan meski ada cibiran dan anggapan-anggapan negatif. Iman yang seperti itu dapat kita upayakan dengan mengenal lebih dalam tentang Yesus dan segala pengajaran-Nya. Resapilah ajaran-ajaran-Nya dan teladanilah Dia. Dengan itu, kita akan menjadi pribadi yang dewasa dalam iman, tersenyum dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami, serta tidak berhenti dalam menghadirkan kebaikan dan kasih.