Mengakui dan Memercayai Kuasa Tuhan

Kamis, 7 Maret 2024 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

113

Lukas 11:14-23

Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripada dia menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

***

Suatu hari, saya mengunjungi seorang suster yang bertugas sebagai kepala SMA. Suster itu mengajak saya berjalan-jalan di sekitar sekolah, dan saat itu, saya melihat beberapa siswi sedang mempersiapkan spanduk dan pernak-pernik lain yang menarik. Dijelaskan bahwa mereka sedang menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung tim sekolah yang akan mengikuti pertandingan final bola basket di stadion. Kalau antara pemain dan suporter bersatu dan kompak, mereka yakin akan bisa meraih kemenangan. Kesatuan memang sangat penting dalam sebuah kelompok karena akan membuat kelompok itu menjadi kuat. Kesatuan mencegah terjadinya perpecahan yang akan mengakibatkan kelemahan.

Hal itu juga dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini. Ketika Yesus mengusir setan sehingga seorang bisu dapat berbicara, sekelompok orang meragukan kuasa-Nya. Mereka menuduh Yesus mengusir setan dengan bantuan penghulu setan. Yesus merespons spekulasi itu dengan bijak. Dijelaskan-Nya bahwa kerajaan yang terpecah belah tidak akan dapat bertahan. Jika Dia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan, itu berarti kerajaan setan sudah terpecah. Kalau kerajaan setan sudah terpecah, kekuasaan setan pasti sudah tidak ada lagi. Namun, nyatanya kekuatan setan masih ada. Dengan itu, Yesus menegaskan bahwa Dia mengusir setan bukan dengan kuasa penghulu setan, melainkan dengan kuasa Allah.

Dari situ kita dapat merenungkan setidaknya tiga hal, yaitu kekuasaan Yesus, peran Roh Kudus, dan pentingnya pengakuan akan kuasa Tuhan. Pertama, peristiwa ini menyoroti kekuasaan luar biasa yang dimiliki Yesus. Dia mampu mengusir setan dan menyembuhkan penyakit dengan kuasa ilahi-Nya. Para lawan mencoba merendahkan Yesus dengan mengeklaim bahwa Ia bekerja bersama penghulu setan. Ini mencerminkan realitas bahwa kadang-kadang ketika dihadapkan dengan kebenaran dan kuasa Tuhan, manusia cenderung mencari pembenaran atau meragukannya. Kita diajak untuk peka akan kuasa Tuhan dan mengakui kuasa-Nya yang luar biasa. Tuhan dapat melakukan apa saja yang menjadi kehendak-Nya. Kita harus selalu percaya bahwa kuasa Tuhan selalu bekerja dalam hidup kita.

Kedua, tentang peran Roh Kudus. Yesus menyatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Roh Allah. Ini menggambarkan pentingnya Roh Kudus dalam pekerjaan penyelamatan dan pembebasan. Roh Kudus bukanlah kekuatan yang bersifat abstrak, melainkan pribadi yang aktif berkarya di dunia ini. Mari kita merefleksikan: Seberapa dalam kita mengakui dan memahami peran Roh Kudus dalam kehidupan kita sehari-hari? Sudahkah kita membuka diri untuk membiarkan Roh Kudus bekerja membimbing, menghibur, dan memberdayakan kita?

Ketiga, kita harus selalu mengakui dan memercayai kuasa Tuhan. Ketika kita bersaksi akan kuasa-Nya, kita dapat menghadapi skeptisisme dan ketidakpercayaan dari dunia di sekitar kita. Untuk itu, kita perlu memiliki iman yang teguh bahwa Tuhan adalah Allah yang makakuasa. Segala sesuatu yang tidak mungkin di mata manusia adalah mungkin bagi-Nya. Karena itu, mari kita menguatkan iman kita dan membangun keyakinan yang kokoh dalam kuasa Tuhan. Semoga dalam Masa Prapaskah ini, kita semakin memperbanyak waktu untuk berdoa dan bertemu dengan-Nya.