Kunci Sehat 6: Bergerak Keluar

Sabtu, 10 Februari 2024 – Peringatan Wajib Santa Skolastika

82

Markus 8:1-10

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.

***

Yesus hari ini berkata, “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan.” Perkataan Yesus itu sudah sering kita dengar. Perkataan Yesus itu pun mudah dipahami. Namun, kita harus bekerja keras dan tekun berusaha agar perkataan yang terasa akrab itu menjadi gaya hidup kita juga.

Ada seorang filsuf yang bernama Kierkegaard. Dia mengatakan, “Pintu kebahagiaan terbuka keluar, bukan ke dalam.” Semakin kita memaksa untuk membuka ke dalam, semakin tertutuplah pintu tersebut. Semakin kita sibuk dengan diri kita sendiri, semakin kita jauh dari kebahagiaan.

Yesus melihat orang banyak dan hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia memberi makan orang-orang yang mengikuti-Nya. Dengan itu, Yesus bergerak keluar, bukan ke dalam. Yesus tidak sibuk dengan diri-Nya sendiri, namun memikirkan apa yang bisa diberikan dan dilakukan untuk orang lain.

Pribadi yang sehat justru hadir ketika kita bergerak keluar. Memberi dan memperhatikan menjadi contoh bentuk konkretnya. Demikian juga halnya dalam hidup berkomunitas. Kita tidak bisa hidup dalam dunia kita sendiri, lalu seolah-olah menemukan kebahagiaan di situ. Kebahagiaan akan kita temukan ketika kita turut serta dan berjumpa dengan kehadiran Roh Tuhan yang terus-menerus berkarya dalam berbagai wajah kehidupan.

Marilah kita mohon rahmat agar berani bergerak keluar, terus-menerus bekerja sama dengan Roh Tuhan yang aktif berkarya dalam keseharian hidup manusia.