Markus 2:13-17
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
***
Bacaan pertama, 1Sam. 9:1-4, 17-19, berkisah tentang perjumpaan antara Saul dan Samuel yang tampak sebagai sesuatu yang tidak disengaja. Namun, di mata Allah, itu semua telah direncanakan, tidak ada yang kebetulan. Melalui orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang tampaknya acak dan tak berkaitan, Allah menuntun Saul untuk sampai kepada Samuel. Saul berasal dari suku Benyamin, suku kecil di Israel dan ia sendiri merasa bahwa kaumnya adalah yang paling hina di antara suku Benyamin. Akan tetapi, kriteria Allah melampaui kategori-kategori yang dibuat manusia. Perjumpaan itu adalah awal perjalanan Saul menjadi raja atas umat Israel.
Sementara itu, bacaan Injil hari ini menampilkan kisah panggilan Lewi, si pemungut cukai. Yang waktu itu dianggap tidak layak oleh kebanyakan orang, terutama oleh ahli-ahli Taurat, justru dipilih oleh Yesus. “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa,” demikian kata Yesus. Perjumpaan antara Yesus dan Lewi juga tampaknya kebetulan atau tidak direncanakan, bahkan terasa begitu singkat. Yesus yang baru saja selesai mengajar melihat Lewi duduk di rumah cukai. Ia pun memanggilnya, sehingga Lewi lalu segera beranjak mengikuti Yesus. Namun, sekali lagi, di mata Allah, itu semua telah direncanakan, tidak ada yang kebetulan.
Jika kita melihat perjalanan hidup kita, tidak jarang kita juga mengalami seperti kisah-kisah di atas. Banyak hal atau peristiwa di dalam hidup kita tampaknya terjadi secara acak, kebetulan, tidak berkaitan satu sama lain, tiba-tiba, dan di luar dugaan. Namun, seiring berjalannya waktu, kita mulai bisa melihat benang merah antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya. Bahkan ketika kita berada di jalan yang salah, Tuhan seperti menemukan cara untuk membawa kita kembali ke jalan-Nya. “Tuhan mampu menulis tegak lurus di atas garis yang bengkok,” demikian kata orang bijak.
Tangan Tuhan seperti sedang merajut setiap peristiwa dalam hidup kita menjadi satu kisah yang indah, seperti diungkapkan dalam syair lagu Pelangi Kasih: “Tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang agung mulia.” Bagi sebagian dari kita, mungkin sekarang karya Tuhan itu belum tampak jelas. Namun, pada saatnya nanti, kita pasti akan melihat karya indah buatan tangan Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan mengenal diri kita masing-masing, lebih daripada kita sendiri. Dia punya rencana dalam hidup kita. Tuhan ingin agar kita bisa menjadi diri kita yang terbaik seperti yang dikehendaki-Nya, yaitu menjadi anak yang dikasihi-Nya.
Setiap saat, Tuhan memanggil kita melalui hal-hal dan peristiwa, bahkan yang tampaknya remeh dan biasa. Melalui itu semua, Tuhan sedang menuntun kita menemukan apa yang Dia inginkan untuk kita temukan: Bisa jadi pasangan hidup yang selalu kita mohonkan dalam doa, bisa jadi pekerjaan yang kita dambakan, bisa jadi pula jalan keluar atas pemasalahan yang sedang kita hadapi. Mari kita mohon rahmat kepada Tuhan, agar kita tidak tuli akan panggilan-Nya, tetapi siap sedia memberikan diri untuk dipakai menjalankan kehendak-Nya di dalam hidup harian kita.