Iman Itu Menyelamatkan

Selasa, 9 Januari 2024 – Hari Biasa Pekan I

176

Markus 1:21b-28

Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah darinya!” Roh jahat itu mengguncang-guncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar darinya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.

***

Bacaan pertama hari ini berkisah tentang doa Hana yang didengarkan Tuhan (1Sam. 1:9-20). Tuhan berkenan menganugerahkan kepada-Nya seorang putra yang bernama Samuel, yang artinya: “Aku telah memintanya dari Tuhan.” Hana memberikan inspirasi bahwasanya setiap orang yang meminta dari Tuhan dengan ikhlas dan pasrah akan mendapatkan jawaban yang menggembirakan. Selain itu, kita juga diajak untuk menyadari bahwa keberadaan Samuel di dunia adalah karena iman ibunya. Betapa dahsyat kekuatan iman. Iman membuka jalan bagi Allah untuk melakukan hal-hal yang tampaknya mustahil bagi manusia. Karena iman pula keselamatan Israel bisa terus berjalan sampai pada kepenuhannya di dalam diri Yesus Kristus.

Pengalaman Hana dan Samuel mengundang kita untuk melihat diri kita saat ini. Betapa pun kita meyakini bahwa keberadaan kita saat ini adalah hasil kerja keras kita, kita tidak bisa menyangkal dan perlu dengan rendah hati mengakui bahwa kita bisa ada seperti sekarang ini karena ada orang lain yang bekerja lebih keras daripada yang kita lakukan. Begitu pula dalam hal iman. Kita bisa hidup seperti sekarang ini bukan hanya karena iman kita, melainkan juga karena iman orang lain. Cobalah lihat dalam masa-masa sulit hidup kita, di dalam krisis, ketika kita tidak lagi percaya akan kemampuan kita. Pada saat itu, ada orang-orang terdekat kita yang masih percaya pada diri kita, masih percaya bahwa Allah selalu menyertai kita. Iman merekalah yang menyelamatkan kita.

Dalam bacaan Injil, peristiwa Yesus mengusir roh jahat mengajak kita untuk melihat bahwa iman itu bukan hanya sekadar mengakui bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah. Iman bukan pula rasa takut akan binasa karena hukuman Tuhan. Iman juga bukan sekadar patuh. Roh jahat mempunyai semua kualitas itu. Di dalam iman, memang ada rasa takut akan Allah. Di dalam iman, memang ada pengakuan bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah. Di dalam iman, memang ada ketaatan. Yang membedakan iman kita dengan pengakuan roh jahat adalah: Di dalam iman, kita bersukacita karena Allah datang ke dalam urusan dan perkara hidup kita, dan percaya bahwa Allah datang bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan kita.

Kita bisa selamat bukan hanya karena iman kita, melainkan juga karena iman orang lain. Karena itu, hendaknya hidup kita juga tidak berhenti pada keselamatan diri kita sendiri. Sebagaimana kita hidup karena orang lain, kita juga dipanggil untuk hidup bagi orang lain, terutama bagi mereka yang menghadapi kesulitan. Keselamatan yang datang dari Allah mengundang kita juga untuk membagikan keselamatan itu kepada orang lain.