Menjadi Pengusung Cinta Tuhan

Senin, 11 Desember 2023 – Hari Biasa Pekan II Adven

93

Lukas 5:17-26

Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah sendiri?” Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”

***

Pernahkah kita membawa orang sakit ke rumah sakit? Jika kita pernah memiliki pengalaman ini, tentunya disposisi yang hadir di dalam diri kita adalah kerelaan untuk berkorban, harapan sembuh bagi si sakit, dan keyakinan bahwa pribadi yang diantar juga berharga bagi kita.

Hari ini, kita diajak belajar oleh Injil Lukas untuk menjadi pengusung orang sakit menuju Tuhan. Jika kita mengontemplasikan bacaan ini dan mencoba untuk memerankan diri sebagai orang yang mengusung si sakit, tentunya disposisi yang kita miliki adalah percaya bahwa berjumpa dengan Yesus akan membuat si sakit pulih. Kita juga bisa menyaksikan kerelaan untuk berkorban dalam adegan naiknya para pengusung ke atap rumah dalam rangka menurunkan si sakit agar berjumpa dengan Yesus. Ini tentunya bukan sekadar niat baik, melainkan sudah menjadi tindakan melampaui niat baik. Mereka yakin dengan sepenuh hati untuk mempertemukan si sakit dengan Yesus.

Yesus adalah tokoh yang sungguh dicari. Dia diimani sebagai nabi yang menjadi sarana Tuhan berkarya. Pengusung si sakit ini adalah pengusung cinta Tuhan. Mereka bekerja keras demi si sakit, agar dia bisa berjumpa dengan Yesus untuk kesembuhannya.

Mari kita berefleksi: Apakah diri kita sudah menjadi pengusung cinta Tuhan pada sesama? Apakah kita juga memiliki sikap dan etos seperti mereka, yang rela melakukan hal di luar nalar demi berjumpa dengan Yesus?