Upah Dosa

Kamis, 26 Oktober 2023 – Hari Biasa Pekan XXIX

185

Roma 6:19-23

Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.

Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik darinya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

***

Siapa yang belum pernah sombong? Orang yang sedang dikuasai oleh kesombongan tidak akan pernah memuji orang lain ketika melihat kebaikan atau kelebihan orang itu. Kalaupun memuji, pujiannya bukanlah pujian tulus yang keluar dari hati. Siapa yang belum pernah iri hati? Rasa iri yang ada di dalam hati terungkap di mata dan bibir. Ketika sedang iri, orang tidak bisa memuji orang lain yang sebenarnya memang layak untuk dipuji. Perhatikan kata-kata yang keluar dari mulut kita ketika sedang iri, pastilah kata-kata itu sinis, merendahkan, dan sebagainya.

Siapa yang mengajarkan kepada kita bahwa kalau kita punya kelebihan, kita harus sombong; bahwa kalau sedang sombong, kita jangan memuji orang; bahwa kalau orang lain berhasil, kita harus merasa iri? Tidak ada yang mengajarkan hal seperti itu kepada kita. Kesombongan dan iri hati muncul dari dalam diri kita, lalu menggerakkan kita untuk berbuat dan berkata-kata. Sampai umur berapa orang bisa menjadi sombong dan iri hati? Tidak ada batas usia. Tidak ada istilah kedaluwarsa untuk kesombongan dan iri hati. Bila orang tidak melawannya, dosa dapat menguasai manusia semur hidupnya.

Kalau kita ditanya, “Mana yang lebih mudah dilakukan: Berbuat baik atau berbuat jahat? Berbuat baik atau berdosa?” Jawabannya jelas: Berbuat dosa. Tanpa harus belajar, kita bisa sombong, iri, tamak, rakus, dan sebagainya. Namun, untuk melakukan kebaikan, berbagi, atau menolong sesama, kita harus dilatih, diingatkan, dimarahi, dan itu perlu waktu yang lama. Bahkan, tanpa berbicara dan tanpa berbuat sesuatu, orang bisa berdosa. Tanpa menggerakkan anggota badan dan tanpa berkata apa-apa, orang sudah dapat berdosa dengan hati dan pikirannya.

Hari ini Paulus berkata, “Upah dosa ialah maut.” Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Orang yang berdosa tidak layak tinggal bersama dengan Allah. Memang akibat yang sebenarnya dari dosa baru dirasakan setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Hal ini membuat orang bisa meremehkan dosa. Kalau akibat dosa langsung dirasakan sesudah orang melakukannya, bisa jadi hal ini akan membuat orang menahan diri untuk tidak berdosa. Pesan Rasul Paulus tentang akibat dosa ini perlu mendapatkan perhatian dari orang beriman yang percaya kepada kasih Allah dalam diri Kristus dan yang mengharapkan hidup kekal. Karunia Allah memang baru akan dinikmati sepenuhnya dalam kehidupan yang akan datang.