Lukas 9:57-62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
***
Hari ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana seharusnya menjadi pengikut Yesus. Dalam perjalanan Yesus bersama para murid menuju Yerusalem, ada orang-orang yang menyatakan keinginan mereka untuk mengikuti Dia. Yesus memberi tanggapan dengan menyampaikan konsekuensi yang harus dihadapi bila menjadi pengikut-Nya.
Pertama, kepada orang yang berkobar-kobar penuh semangat ingin mengikut Dia, Yesus berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Apa maksud perkataan itu? Yesus dengan ini mau menyampaikan bahwa kalau kita berani memilih menjadi pengikut-Nya, kita harus siap untuk tidak mendapatkan jaminan kenyamanan hidup. Bisa saja karena menjadi pengikut Yesus, kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan harta duniawi karena cara mendapatkannya bertentangan dengan kehendak Allah.
Kedua, kepada orang yang minta izin menguburkan bapanya terlebih dahulu, Yesus mengatakan, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Di kalangan orang Yahudi, menguburkan orang tua merupakan kewajiban suci yang diatur oleh hukum. Perkataan orang itu berarti dirinya mau mengikut Yesus kelak kalau orang tuanya sudah meninggal. Tanggapan Yesus jangan ditafsirkan sebagai ajakan untuk tidak peduli dan tidak menaruh hormat kepada orang tua. Yesus semata-mata mau mengatakan bahwa untuk menjadi pengikut-Nya, kita harus memiliki orientasi dan prioritas, yakni mewartakan Kerajaan Allah. Jangan sampai kita melalaikan pewartaan Kerajaan Allah karena terikat pada hal-hal yang bersifat duniawi. Tugas mewartakan Kerajaan Allah sangat mendesak, sehingga tidak boleh ditunta-tunda!
Ketiga, kepada orang yang ingin terlebih dahulu berpamitan dengan keluarganya, Yesus mengatakan, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Apa artinya? Yang ada di belakang adalah hal-hal yang sudah kita lalui. Kalau kita menoleh ke belakang, ada kemungkinan kita akan terganggu dalam melangkah karena ingatan-ingatan tentang masa lalu. Yesus menginginkan para pengikut-Nya terus melangkah ke depan.
Sebagai murid-murid Yesus, kita ditugaskan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kita harus selalu menyadari konsekuensi kemuridan kita. Kita harus berani melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang dapat menghambat kita, misalnya jaminan-jaminan duniawi, keluarga, juga pengalaman-pengalaman masa lalu yang dapat menggoda kita untuk berhenti melangkah. Kiranya teladan St. Fransiskus Assisi yang kita peringati hari ini menginspirasi kita. Dia rela melepaskan segala-galanya, termasuk harta dan kedudukan demi mengikuti Kristus secara penuh.