Kunci Santo Petrus

Minggu, 27 Agustus 2023 – Hari Minggu Biasa XXI

216

Matius 16:13-20

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

***

Kisah tentang kunci Santo Petrus amat terkenal dalam banyak cerita humor. Salah satu yang saya ingat adalah kisah tentang sepasang pengantin yang mendaftarkan diri untuk melaksanakan pemberkatan perkawinan di surga. Lama Santo Petrus tidak menjawab. Baru setelah tiga bulan ia memberi penjelasan bahwa itu bisa dilaksanakan. Namun, pihak pengantin menyampaikan pengandaian: Apabila perkawinan mereka tidak langgeng, apakah mereka bisa bercerai juga? Wajah Santo Petrus memerah dan dengan nada kesal menjawab, “Apabila menemukan pastor saja perlu tiga bulan, berapa lama saya bisa menemukan pengacara di sini?”

Berbeda dengan itu, kisah tentang kunci Santo Petrus dalam bacaan Injil hari ini menyangkut pemahaman iman yang sangat fundamental mengenai pengenalan siapakah Yesus bagi para pengikut-Nya. Di daerah Kaisaera Filipi, kepada para murid, Yesus mempertanyakan pendapat orang-orang mengenai identitas-Nya. Masyarakat setempat ternyata sudah lumayan mengenal Yesus. Mereka melihat-Nya tidak sekadar sebagai seorang guru, apalagi sebagai tukang kayu atau anak tukang kayu seperti yang dikatakan orang-orang Nasaret. Lebih dari itu, Yesus mereka pandang sebagai salah seorang di antara para nabi. Ada yang memandang-Nya sebagai Yohanes Pembaptis atau Elia atau Yeremia yang telah bangkit.

Akan tetapi, amat tidak memadai apabila para murid hanya mengenal Yesus sebagai nabi saja. Diwakili oleh perkataan Petrus, menjadi jelas bahwa memang mereka mengenal Yesus lebih mendalam daripada orang-orang lain. Petrus sebagai juru bicara para murid mengakui secara eksplisit bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Dialah sang Anak Manusia; Dialah Yang Diurapi; Dialah Anak Daud yang akan duduk di atas takhta Israel di zaman akhir.

Pengakuan Petrus tersebut ditanggapi Yesus dengan tiga sabda. Pertama, Petrus layak berbahagia karena pengakuannya bukanlah buah pikiran manusia yang rapuh, melainkan karena menerima pernyataan dari Bapa. Kedua, Yesus akan mendirikan Gereja-Nya di atas batu karang. Ketiga, kepada Petrus akan diberikan kunci Kerajaan Surga, kunci untuk membuka pintu yang adalah jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Peran ini semestinya dipegang oleh para ahli Taurat, tetapi mereka malah menutup pintu tersebut. Karena itu, tugas kemudian didelegasikan kepada Petrus. Ia juga diberi kuasa untuk mengikat dan melepaskan. Dalam Gereja Katolik, kuasa Petrus terwujud dalam kuasa mengajar Gereja.

Pengakuan Petrus agaknya belum sempurna karena masih didominasi oleh pandangan pribadinya sendiri. Ia masih belum memahami Mesias seperti apakah Yesus sebenarnya.  Karena itu, Yesus melarang Petrus dan murid-murid yang lain menceritakan hal itu kepada siapa pun. Kelak, saat di Yerusalem, barulah mereka semua paham bahwa Yesus adalah Mesias yang menderita, mati, dan dibangkitkan.

Mari berefleksi: Sejauh mana pengenalan kita akan Yesus?