Teladan Iman

Senin, 10 Juli 2023 – Hari Biasa Pekan XIV

92

Matius 9:18-26

Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: “Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

***

Anak perempuan kepala rumah ibadat sudah meninggal, sedangkan perempuan yang menjamah Yesus telah menderita pendarahan selama dua belas tahun. Dengan kondisi demikian, sungguh masuk akal bahwa banyak orang ragu terhadap usaha kepala rumah ibadat dan perempuan tersebut. Namun, kedua tokoh ini sungguh beriman. Mereka berani mendekati Yesus dengan tekad yang bulat. Kepala rumah ibadat itu berkata, “Datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup,” sedangkan sang perempuan menjamah jubah Yesus dengan keyakinan, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Akhirnya, berkat iman mereka, keduanya memperoleh apa yang diinginkan. Anak kepala rumah ibadat itu bangkit dari kematian dan sang perempuan sembuh dari pendarahan.

Kedua kisah di atas menunjukkan bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak dapat kita pahami secara tuntas. Hal-hal tersebut berada di luar jangkauan akal budi, apalagi akal budi kita sesungguhnya terbatas. Pada titik inilah iman mengambil peran. Iman memiliki tiga komponen, yaitu sikap batin, tekad, dan tindakan lahiriah. Sikap batin berkaitan dengan keyakinan atau keputusan; tekad adalah dorongan atau kehendak untuk melakukan tindakan yang konkret; sedangkan tindakan lahiriah menjadi wujud konkret dari sikap batin. Orang yang sungguh beriman adalah orang yang percaya dan melakukan apa yang dipercayainya. Santo Agustinus berkata, “Iman adalah memercayai apa yang tidak kamu lihat. Hasil dari iman adalah melihat apa yang kamu percayai.”

Kita perlu terus mengembangkan iman kita. Perlu kita perhatikan bahwa iman bertumbuh dalam relasi. Semakin kita dekat dengan Tuhan, iman kita akan semakin berkembang. Sebaliknya, semakin kita jauh dari Tuhan, iman kita akan semakin berkurang. Hal ini tidak berarti bahwa kita melupakan akal budi. Iman laksana terang yang menerangi akal budi, sehingga kita akan semakin tercerahkan.