Matius 8:1-4
Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”
***
Penyakit ada banyak macamnya. Ada yang ringan, sehingga mudah diatasi. Namun, ada pula yang berat, sehingga sulit ditangani dan dapat membawa penderitanya pada kematian. Dapat juga dibedakan antara penyakit menular dan penyakit tidak menular. Ketika seseorang terkena penyakit menular, tetapi penyakit itu tergolong ringan, orang lain tidak terlalu cemas kalau dekat-dekat dengan dirinya. Sebaliknya, apabila penyakit menular itu berat, sulit disembuhkan, dan dapat membawa kematian, masyarakat menjadi takut dibuatnya. Agar tidak membahayakan orang lain, orang yang sakit seperti itu kemudian diisolasi, ditempatkan di ruang tersendiri yang tertutup dan diawasi secara ketat.
Kita ingat beberapa waktu lalu ketika Covid-19 merajalela. Saat itu, masyarakat dilanda teror yang luar biasa. Banyak orang menjadi takut dan cemas karena penyebaran virus Corona yang sangat mematikan. Kita tidak berani keluar rumah, tidak berani berdekatan dengan orang lain, tidak berani pula bersentuhan dengan manusia maupun benda-benda karena takut ketularan.
Pada zaman Yesus, salah satu contoh penyakit menular yang berat adalah penyakit kusta. Ini merupakan penyakit kulit yang menjijikkan, mengerikan, dan menajiskan. Orang-orang yang terjangkit penyakit kusta akan diasingkan oleh masyarakat karena dianggap najis. Mereka harus tinggal tersendiri di luar perkampungan dan tidak boleh berkeliaran dengan bebas. Masyarakat sangat takut dengan penyandang kusta. Selain bisa menularkan kenajisan, para penyandang kusta bisa-bisa menularkan penyakit itu sendiri kepada mereka. Karena disingkirkan dari masyarakat, para penderita kusta sering kali merasa diri telah mati, meskipun mereka masih hidup. Banyak dari mereka tidak lagi memiliki harapan dan semangat untuk hidup.
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan penderita kusta yang datang kepada-Nya. Bisa kita bayangkan, pada saat Yesus berjalan bersama dengan banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia, tiba-tiba datanglah seorang penderita kusta kepada-Nya. Ini adalah tindakan yang berani, sebab menurut hukum Taurat, orang itu seharusnya tidak boleh ada di situ, tidak boleh pula mendekati orang-orang lain yang sehat. Karenanya, boleh diduga, saat itu orang-orang terkejut melihat kedatangannya dan langsung menjaga jarak.
Namun, Yesus tidak bersikap demikian. Didatangi orang kusta yang memohon kesembuhan, tanpa menunda-nunda, Yesus mengabulkan permohonan orang itu. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu, dan menjadikannya sembuh. Inilah buah keteguhan iman orang kusta itu, sebab dengan menjumpai Yesus, ia telah mengalahkan ketakutan dalam dirinya akan cemoohan dan pandangan-pandangan negatif dari orang lain.
Sebagai pengikut Kristus, tidak jarang kita juga dipandang sebelah mata oleh orang lain. Apa pun yang terjadi, kita diajak untuk tetap memusatkan pandangan dan perhatian kita kepada Yesus sebagai satu-satunya sumber keselamatan kita.