Yohanes 21:20-25
Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?” Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”
Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
***
Buku berjudul Everyone Has a Story karya Savi Sharma (2015) mengatakan demikian: “Everyone has a story to tell. Everyone is a writer, some are written in the books and some are confined to hearts.” Buku ini menegaskan bahwa masing-masing dari kita yang menjalani kehidupan di dunia ini memiliki cerita untuk dikisahkan. Setiap dari kita adalah penulis bagi cerita kita masing-masing. Ada yang bercerita melalui buku, ada pula yang terbatas menceritakannya dalam hati. Kita bebas untuk menulis cerita kita sendiri.
Melalui Injil, Yesus juga telah “menulis” cerita hidup dan karya-Nya. Memang tidak semua perbuatan Yesus dapat dicatat satu per satu. Meskipun demikian, apa yang tercantum dalam Injil dipandang sudah memadai sebagai kesaksian bagi kita.
Injil bukan sekadar buku biasa. Meskipun ditulis pada masa lampau, Injil senantiasa hidup dan bergerak seiring perjalanan sejarah manusia. Dengan Injil, Yesus berdiri di tengah-tengah kita dan mengarahkan kita. Kita membaca Injil bukan untuk mencari sejarah atau menemukan hukum yang kaku, melainkan untuk menemukan Kristus yang hidup, yang lewat sabda-Nya menyentuh hati kita. Perjumpaan dengan Yesus membuat kita menemukan arah hidup.
Kita yang mengenal dan beriman kepada Yesus juga diajak untuk menulis cerita hidup kita. Cerita hidup yang bagaimana? Cerita hidup kita yang disentuh dan diselamatkan oleh-Nya. Dengan itu, kita dapat menjadi Injil yang hidup, yang menjadi saksi kehadiran Kristus di tengah dunia ini. Hal ini berarti sekarang kita harus memenuhi dunia dengan perbuatan-perbuatan baik yang mencerminkan Kristus.
Hidup yang diinspirasi oleh Kristus menjadi tugas pengutusan kita. Dunia harus dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan kasih yang diilhami oleh Injil Kristus. Dengan perbuatan dan perkataan yang demikian, kita ambil bagian dari penulisan Injil Kristus yang nyata. Kita diajak untuk menjadi murid Yesus yang menulis Injil-Nya sepanjang hidup kita.