Murid yang Tulus versus Murid yang Culas

Senin, 3 April 2023 – Hari Senin dalam Pekan Suci

135

Yohanes 12:1-11

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

***

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat kesempatan berziarah ke Betania, yang letaknya tidak jauh dari Yerusalem. Di tempat inilah Yesus menjalin persahabatan dengan tiga bersaudara, yakni Marta, Maria, dan Lazarus yang dibangkitkan-Nya dari kematian. Cukup sering Yesus singgah ke rumah mereka, tidak lain karena Ia mengasihi keluarga itu.

Apa yang membuat kasih Yesus kepada mereka tumbuh? Bukankah Ia sering bersemangat mengkritik ke sana-sini dengan kata-kata keras? Yesus menaruh respek kepada mereka. Bahasa rohaninya, Ia “menaruh kasih” kepada ketiga orang itu. Hal ini terjadi karena mereka adalah orang-orang sederhana yang hidupnya tulus, seperti yang pernah dikatakan-Nya tentang Natanael: “Inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya” (Yoh. 1:47).

Suatu saat, ketika Yesus kembali singgah di rumah Marta, Maria, dan Lazarus, Ia mendapatkan penyambutan yang istimewa. Dengan penuh hormat, Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang harum semerbak dan mahal harganya. Semua itu dilakukan dengan tulus karena hormat dan cinta Maria kepada-Nya. Demi cinta yang tulus itu, Maria menggunakan minyak yang sangat mahal, bahkan lalu menyeka kaki Yesus dengan rambutnya.

Akan tetapi, Yudas memiliki pandangan berbeda. Ia berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Yudas adalah seorang murid yang pandai menata kata, tetapi tidak tulus dan penuh kepalsuan. Ia pintar membungkus perbuatan jahat dengan kata-kata manis. Yudas tampaknya mengusulkan sesuatu yang baik, yakni kepedulian kepada orang-orang miskin, tetapi itu sebenarnya dilakukan demi cinta pada uang. 

Oleh karena itu, kepada kita hari ini disajikan kontras antara orang-orang yang tulus hati dan Yudas yang penuh kepalsuan. Semoga kita semua terdorong untuk memiliki hati yang tulus, sebagaimana Marta, Maria, dan Lazarus. Yesus selalu mengasihi orang-orang yang tulus hati.