Yohanes 10:31-42
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan –, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
***
Para pemimpin agama ingin membunuh Yesus. Dengan ini, kita mendekati konflik yang mengerikan dalam Injil Yohanes. Yesus menyatakan tentang makna kematian yang lebih dalam. Ia datang untuk memberi hidup dan memberikan hidup-Nya secara bebas, agar orang dapat hidup dan menemukan kemerdekaan. Kematian-Nya bukanlah akhir hidup, melainkan puncak hidup. Kematian-Nya adalah tindakan kasih yang paling agung. Kematian-Nya memberikan hidup dan menjadi pintu masuk ke dalam kepenuhan hidup.
Bukankah kita semua akan mati? Apakah dengan demikian kematian merupakan suatu tragedi? Tentu saja ada kematian tragis karena perang dan kecelakaan. Ada penyakit yang mengakibatkan kematian pada usia muda. Kematian orang-orang yang hidupnya berakhir sesudah menjalani hidup secara utuh juga dapat menyedihkan bagi orang-orang yang ditinggalkan. Namun, kematian adalah langkah menuju Allah dan kedamaian abadi bagi orang-orang yang meninggal.
Saat bagi mereka telah tiba. Mereka telah menerima kehidupan ketika masih anak-anak, lalu menjalani hidup sebagai orang muda, meneruskan kehidupan sebagai orang tua, mengomunikasikan hidup kepada orang lain melalui aneka macam keterlibatan, dan pada akhirnya memberikan hidup kepada orang lain melalui kehadiran dan kasih sebagai orang berusia lanjut.
Kegembiraan seorang manusia adalah meninggalkan dunia ini setelah memberikan hidup kepada orang lain, yang pada gilirannya dipanggil untuk meneruskan kehidupan kepada generasi selanjutnya.
*Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus: Menghayati dan Mendalami Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius, 2009.