Markus 8:14-21
Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: “Masihkah kamu belum mengerti?”
***
Seperti para murid, sikap lamban masih tampak dalam diri banyak orang beriman zaman ini. Kelambanan tersebut berakar pada sikap menomorduakan hidup rohani. Banyak orang yang berpandangan bahwa iman bukanlah hal yang hakiki dalam hidup. Hal ini tampak ketika orang hanya berdoa kalau ada waktu luang. Demikian pula dengan waktu yang disediakan untuk bermenung.
Faktor yang lain adalah rasa ingin tahu yang lemah dan literasi iman yang rendah. Banyak orang beriman yang hanya memahami iman mereka secara dangkal dan parsial. Hal ini terjadi karena orang cenderung beranggapan bahwa wawasan iman bukanlah suatu hal yang penting dan mendesak. Kalaupun ingin tahu, cukuplah dengan sepintas melihat postingan di media sosial. Latihan rohani yang minim seperti itu membuat hidup rohani menjadi mandek.
Bagi orang beriman, hidup rohani mestinya dinomorsatukan. Hakikat hidup rohani adalah relasi dengan Tuhan. Kalau ingin memiliki hidup rohani yang berkualitas, kita perlu membangun relasi yang dekat dengan-Nya. Berdoa dan bermenung harus menjadi keseharian kita. Luangkanlah waktu setiap hari untuk itu. Kita juga mesti menambah dan memperdalam wawasan iman secara sungguh-sungguh. Postingan di media sosial tidaklah cukup! Laksana sungai yang mengalir menuju muara, pada hakikatnya doa dan wawasan iman bermuara pada perbuatan-perbuatan baik.