Memberi Kesaksian Iman dengan Perbuatan Nyata

Jumat, 16 Desember 2022 – Hari Biasa Pekan III Adven

162

Yohanes 5:33-36

“Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”

***

Di zaman digital ini, semuanya terasa lebih mudah. Informasi dapat diakses dengan cepat dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lain. Namun, informasi yang berasal dari berbagai sumber itu sering kali banyak yang tidak mengandung kebenaran. Ketika satu peristiwa diberitakan, fakta yang diinformasikan bisa berbeda-beda. Berita hoaks muncul di mana-mana, dan sungguh memprihatinkan bahwa banyak orang yang memercayainya. Sangat menyedihkan bahwa banyaknya sumber berita ternyata tidak membuat orang semakin kritis dalam menanggapi sesuatu.

Sejalan dengan itu, bacaan Injil hari ini berbicara tentang kesaksian. Yesus mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang yang memberi kesaksian tentang Dia, sang Kebenaran. Yohanes adalah pelita yang bernyala dan bercahaya, yang diutus untuk membuka jalan bagi kedatangan Mesias. Sayang, orang-orang hanya mau seketika saja menikmati cahaya itu. Mereka tidak mau menerima dan memercayai kesaksian Yohanes bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah untuk menyelamatkan manusia. Meskipun demikian, Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia. Ia memiliki lebih dari itu, yakni pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya.

Ada dua hal yang dapat kita ambil sebagai inti refleksi kita hari ini berkaitan dengan kesaksian. Pertama, Yesus mengatakan, “Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.” Dari sini, kita bisa belajar kerendahan hati dari Yesus. Dia adalah Allah yang dapat melakukan apa saja, tetapi Dia rela merendahkan diri dan menjadi sederajat dengan manusia. Yesus juga rela manusia memberi kesaksian tentang diri-Nya, meskipun Ia sebenarnya tidak membutuhkan hal itu. Kita diundang untuk senantiasa rendah hati pula seperti Yesus.

Kedua, Yesus mengatakan, “Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.” Kesaksian dengan kata-kata penting, tetapi melaksanakan pekerjaan yang diserahkan Bapa sebagai kesaksian tentang kebenaran jauh lebih penting lagi. Sebagai orang yang mengimani Yesus dan telah diselamatkan, dari kita juga dituntut kesaksian tentang keselamatan itu, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan terutama melalui perbuatan nyata, melalui pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan. Ketika kita mengatakan bahwa Allah itu mahabaik, tetapi kita sendiri tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan baik, orang tidak akan pernah percaya. Juga kalau kita mengatakan bahwa Allah itu maha pengampun, tetapi kita sendiri sulit mengampuni dan penuh dendam, orang tidak akan memercayai perkataan kita.

Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita melanjutkan masa persiapan kedatangan Tuhan ini dengan melakukan perbuatan-perbuatan nyata tentang kasih Tuhan kepada sesama, terutama kepada mereka yang menderita dan sangat membutuhkan pertolongan kita. Tuhan memberkati dan menyertai pekerjaan-pekerjaan kita.