Lukas 17:26-37
“Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan istri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.”
[Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: “Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”
***
Hidup Santo Martinus (335-397) diwarnai oleh berbagai praktik kesalehan. Dikisahkan, ia adalah seorang serdadu dari Hongaria. Pada suatu hari, ketika berkuda melewati gerbang Kota Amiens, ia melihat seorang pengemis menggigil kedinginan di pinggir jalan. Ia baru saja mendengar sabda Tuhan, “Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Karena itu, hatinya langsung tergerak. Dengan pedangnya, ia menyobek mantolnya menjadi dua bagian. Satu di antaranya ia berikan kepada si pengemis. Malam harinya ia bermimpi: Yesus menampakkan diri dengan mengenakan separuh mantol yang diberikannya kepada pengemis itu. Sesudah dibaptis, Martinus berhenti dari dinas militer dan menjadi seorang rahib. Ia mendirikan biara di Prancis. Ia rajin membina para imamnya, mengajak mereka menjadi misionaris untuk mewartakan Injil kepada orang-orang miskin.
Salah satu yang dibanggakan sebagai orang Katolik adalah: Kita mempunyai begitu banyak orang kudus yang memberikan teladan dan inspirasi hidup saleh dari abad ke abad. Kita tidak kekurangan teladan kesucian hidup dari mereka. Ada yang memberikan teladan kesaksian iman, ada yang memberikan pengajaran iman, ada pula yang memberikan teladan hidup saleh seperti Santo Martinus ini.
Pada tanggal 20 September lalu, saya berziarah ke Assisi. Hanya dari tempat itu saja saya menemukan beberapa orang kudus. Satu yang terbaru adalah Beato Carlo Acutis, seorang muda yang memberikan teladan kesalehan dengan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus.
Kesalehan yang menjadi ciri hidup orang Katolik adalah belas kasihan terhadap mereka yang lemah, miskin, kecil, tersingkir, serta para difabel. Di banyak tempat, kita tidak kesulitan untuk menemukan patung Yesus Tuna Wisma seperti di Gereja Katedral Jakarta dan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang. Semua itu sebagai tanda gerakan kepedulian terhadap mereka yang kecil dan membutuhkan.