Matius 18:1-5
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
***
Dalam rangka pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus, kisah Yesus dan seorang anak kecil hadir kembali dalam bacaan Injil, tetapi kali ini versi Matius. Berbeda dengan versi Markus dan Lukas, kisah dalam Injil Matius tidak diawali dengan pertengkaran di kalangan murid Yesus. Mereka bertanya begitu saja kepada Yesus. Hal yang dipertanyakan juga agak berbeda, bukan siapa yang terbesar di antara mereka, melainkan yang terbesar dalam Kerajaan Surga.
Boleh diduga bahwa masing-masing murid sebenarnya punya hasrat untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Ambisi itu segera dipadamkan Yesus. Ia memanggil seorang anak kecil, lalu mengajak para murid menjadi seperti anak itu. Di mata masyarakat, si anak bukanlah siapa-siapa. Ia lemah, tidak berdaya, dianggap remeh dan tidak penting. Namun, justru orang seperti itulah yang disebut “miskin di hadapan Allah”. Menurut Yesus, merekalah yang punya Kerajaan Surga (Mat. 5:3).
Karena itu, baiklah kita belajar menjadi orang kecil. Tuhan akan berkenan, sebab dengan begitu, kita membiarkan Dia bekerja dalam diri kita. Sudah cukup masyarakat kita dirusak oleh orang-orang sok penting, yakni mereka yang punya jabatan tinggi, tetapi menyalahgunakan jabatan itu untuk kepentingannya sendiri. Mereka merasa diri besar, padahal sebenarnya bukan siapa-siapa.