Hati yang Baik

Sabtu, 10 September 2022 – Hari Biasa Pekan XXIII

159

Lukas 6:43-49

“Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”

“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan –, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera roboh dan hebatlah kerusakannya.”

***

Hati menjadi tempat menyimpan niat-niat yang jahat dan yang baik. Ketika hati diisi dengan kebencian, iri hati, permusuhan, dan kemarahan, hidup kita akan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sebaliknya, jika hati diisi dengan cinta, belas kasihan, kelembutan, dan firman-firman Tuhan, hidup kita pun akan menjadi berkat bagi diri sendiri dan sesama.

Orang lain mengetahui perbendaharaan atau isi hati kita melalui segala perkataan dan tingkah laku kita. Yesus menggambarkan hal itu dengan perumpamaan tentang pohon dan buah. Orang mengenal pohon dari buahnya. Tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan sebaliknya, tidak ada pula pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.

Namun, memiliki perbendaharaan atau isi hati yang baik saja, tetapi tidak mengeluarkannya dalam aksi tindakan yang nyata, ternyata tidak ada faedahnya juga. Selain harus mengisi hati dengan hal-hal yang baik yang diperoleh dari firman-firman Tuhan, kita juga harus  melakukannya secara konkret dalam hidup sehari-hari. Mereka yang mendengarkan sabda-sabda Tuhan dan melaksanakannya oleh Yesus diumpamakan seperti orang yang membangun rumah di atas batu.

Melalui bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk senantiasa memperhatikan kebersihan dan kesucian hati kita dengan senantiasa mendengarkan firman-firman-Nya dan tentu saja melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, setiap selesai membacakan Injil, imam (dalam TPE lama) menyerukan, “Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.” Umat pun menjawab, “Tanamkanlah sabda-Mu ya Tuhan dalam hati kami.”

Semoga kita bukan hanya pandai menjadi pewarta sabda, melainkan juga pandai menjadi pelaksana sabda.