Kasih dan Ketaatan kepada Tuhan

Selasa, 19 Juli 2022 – Hari Biasa Pekan XVI

139

Matius 12:46-50

Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

***

Adalah hal yang wajar bila dalam suatu acara, entah itu wisuda, pelantikan, pemberian gelar, dan sebagainya, keluarga dari orang yang bersangkutan mendapatkan keistimewaan untuk duduk di tempat kehormatan. Mereka mendapat kehormatan itu karena memiliki hubungan darah dengan orang tersebut. Namun, bacaan Injil hari ini menawarkan sesuatu yang sangat berbeda.

Ketika Yesus mengajar orang banyak, seseorang mengatakan kepada-Nya bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya berada di luar dan berusaha menemuni-Nya. Tanggapan Yesus mungkin terasa aneh bagi kita. Alih-alih menemui keluarga-Nya atau meminta orang banyak memberi jalan bagi mereka, Yesus justru bertanya balik, “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Yesus terkesan pura-pura tidak mengenal atau bahkan menyangkal keberadaan keluarga-Nya. Benarkah demikian?

Tentu saja tidak. Kita akan memahami maksud perkataan Yesus kalau memperhatikan kalimat berikutnya. Sambil menunjuk ke arah para murid, Yesus berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Relasi dalam Yesus melampaui ikatan darah atau kekeluargaan atau kekerabatan. Dalam Yesus, kita semua bersaudara tanpa membedakan status, keluarga, pangkat, atau apa pun. Persaudaraan kita diikat oleh iman dan kasih kepada-Nya. Iman kepada Yesus memampukan kita mengasihi-Nya dalam segala situasi. Kasih itu mendorong kita melaksanakan apa pun yang dikehendaki-Nya. Kita menunjukkan kasih kita kepada Allah dengan melaksanakan kehendak-Nya.

Kehendak Allah adalah agar kita saling mengasihi dengan sesama. Karena itu, kalau kita mencintai Allah, buahnya akan tampak berupa cinta kepada sesama. Tidak ada artinya kita mengatakan mencintai Allah kalau tidak mencintai sesama. Kita akan mengalami kesatuan dengan Bapa kalau kita mengasihi dan melaksanakan sabda-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari dengan cinta dan pelayanan kepada sesama. Marilah memohon rahmat Tuhan agar kita semakin mencintai dan menaati sabda-Nya.