Saling Memikul Beban

Kamis, 14 Juli 2022 – Hari Biasa Pekan XV

166

Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Tidak ada orang yang hidup tanpa mempunyai beban pada dirinya. Perbedaan terletak pada bagaimana cara masing-masing orang memikul beban, bukan melulupada porsi beban itu sendiri. Beban adalah bentuk aktualisasi diri bahwa setiap pribadi mempunyai tanggung jawab tertentu. Ketika beban hidup bisa diatasi dan dihadapi secara tepat, yang akan dituai adalah kematangan diri.

Hari ini Yesus mengajak kita semua menyadari tentang berbagai beban yang berada di pundak kita. Yesus tahu bahwa beban yang kita pikul itu berat, sebagaimana yang dialami-Nya sendiri dengan menjadi manusia. Namun, jangan sampai semua beban itu membuat kita mudah menyerah. Karena mungkin terlalu berat, kita lalu tidak mau memikulnya lagi. Yesus bersabda kepada kita untuk berani datang kepada-Nya. Jika merasa beban hidup kita terlalu berat, Yesus akan memberi kita kelegaan. Ia akan memampukan kita memikul beban-beban itu dengan penuh semangat. Kemenangan seorang pejuang terletak pada mental dan semangatnya. Itulah kiranya yang dikehendaki Yesus agar terjadi pada kita.

Apa yang bisa kita pelajari dari berbagai beban yang ada pada kita? Jawabannya adalah belajar untuk menjadi sesama. Kerap kali kita menjadi orang yang egois karena terlalu fokus pada beban sendiri, sehingga kurang mampu untuk saling memperhatikan. Karena itu, melalui keteladanan-Nya, Yesus mengajak kita untuk mau membuka mata, untuk mau melihat sesama. Kehidupan mengajarkan kita untuk saling membantu sesuai dengan identitas manusia sebagai makhluk sosial.

Ketika kelegaan diberikan oleh Yesus, bukan berarti kita lalu menjadi manusia tanpa beban. Mengapa demikian? Masih ada banyak orang yang membutuhkan bantuan kita untuk bersama-sama mereka memikul beban. Bisa jadi dengan saling memikul beban bersama-sama, kelegaan akan dirasakan bukan hanya oleh diri kita saja, melainkan juga oleh saudara-saudari kita.

Apakah selama ini kita secara pribadi sudah datang kepada Yesus untuk meminta bantuan-Nya? Ketika kita sudah merasakan hadirnya bantuan, apakah kita juga tergerak untuk ganti membantu mereka yang masih dalam perjuangan? Marilah kita belajar untuk semakin menjadi rendah hati dan lemah lembut sebagaimana yang diajarkan Yesus.