Matius 10:34 – 11:1
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya darinya.”
Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.
***
Di paroki tempat saya bertugas, selama masa pandemi, ada beberapa orang yang ingin masuk Katolik dan mengikuti pelajaran bagi calon baptis. Banyak dari mereka yang ternyata tertarik menjadi Katolik karena berbagai tontonan religius dan rohani tentang Gereja Katolik di YouTube. Mereka juga terkesan dengan Yesus Kristus karena berbagai ajaran-Nya tentang kehidupan. Namun, sayangnya, ada beberapa dari mereka yang tidak serius mengikuti Yesus sehingga batal dibaptis. Alasan utamanya, mereka tidak mempunyai ketahanan untuk ikut pelajaran bagi calon baptis secara rutin. Ketika motivasi mengikuti Yesus ternyata masih angin-anginan, berkat Allah yang sempurna tidak akan lahir.
Bacaan Injil hari ini menerangkan tentang disposisi batin yang ideal sebagai pengikut Yesus. Kita harus bersedia mengenal pribadi Yesus sambil terus-menerus mengembangkan iman melalui dinamika hidup. Salah satu fondasi kokoh menjadi pengikut Yesus adalah keberanian melepaskan apa pun yang dimiliki. “Melepaskan” berarti bersedia bergantung sepenuhnya pada kuasa Tuhan. Yang dicontohkan Yesus dalam bacaan Injil hari ini merupakan bentuk-bentuk ketergantungan kita pada pelbagai hal yang bersifat lahiriah. Dalam praktik, ketergantungan juga ada pada dinamika pikiran, batin, maupun ambisi pribadi. Yang lahiriah disebut pertama kali karena kecenderungan manusiawi selalu mengajak kita untuk lekat pada hal-hal yang tampak secara nyata. Jika pada tahap pertama kita berhasil, kita bisa melanjutkan pada pengolahan soal pikiran, batin, dan ambisi pribadi.
Mengikuti Yesus merupakan sebuah proses. Tidak ada batasan waktu untuk itu, sehingga jangan dibandingkan dengan kurikulum dalam dunia pendidikan. Jika kita mempunyai kesungguhan untuk menjadi pengikut-Nya, proses yang kita jalani akan membangkitkan semangat hidup yang berkobar-kobar. Proses ini membutuhkan ketahanan diri yang kokoh. Usia tidak menjadi tolok ukur, sebab bekal untuk menjalani proses menjadi seorang murid adalah hati yang terbuka dan iman yang terpelihara. Karena itu, kiranya bacaan Injil hari ini menyadarkan kita sepenuhnya tentang bagaimana kualitas iman kita selama ini. Masihkah kita layak dianggap sebagai pengikut Tuhan? Apakah kita setia, tahan banting, dan percaya pada kuasa-Nya?