Allah yang Dijumpai dalam Keheningan Semadi

Rabu, 15 Juni 2022 – Hari Biasa Pekan XI

322

Matius 6:1-6, 16-18

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

***

Sebagian orang mempunyai kecenderungan suka mempertontonkan praktik beragama mereka di muka publik. Entah apa yang menjadi motivasi mereka. Bisa jadi media sosial mendorong orang untuk melakukan hal itu. Apa pun alasannya, hal itu sesungguhnya merupakan bentuk tipuan ego dan kesombongan dalam hidup rohani.

Saya bersyukur bahwa Yesus memberi kita tuntunan sikap yang benar. Ia menegaskan, “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka.” Tuntunan ini sungguh luar biasa di tengah maraknya kecenderungan menjadikan praktik beragama sebagai tontonan.

Agama Katolik memiliki tradisi klasik mengenai praktik doa dalam keheningan melalui kontemplasi dan meditasi. Dalam buku The Cloud of Unknowing (terjemahan Rm. Frans Harjawiyata OCSO, 2013) dituliskan mengenai tradisi tersebut sebagai tuntunan untuk mencari Allah dengan sebuah cara doa yang mengesampingkan segala pikiran, khayalan, dan perasaan. Ini adalah cara untuk menjinakkan dorongan ego, agar orang dapat mengalami persatuan dengan Allah di dalam kasih. Allah memang tidak mungkin kita kenal dengan perasaaan, khayalan, atau pikiran. Semuanya serba terbatas, padahal Dia itu tidak terbatas.

Mari kita laksanakan dengan sungguh-sungguh sabda Tuhan ini: “Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”