Bergejolak, namun Kembali Percaya

Sabtu, 7 Mei 2022 – Hari Biasa Pekan III Paskah

103

Yohanes 6:60-69

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

***

Awal bulan April lalu, ada rekan Orang Muda Katolik (OMK) yang tiba-tiba menelepon saya. Sebuah pengalaman buruk membuat ia mempertanyakan: Mengapa Tuhan melakukan itu kepadanya? Apakah Tuhan sungguh ada? Bukankah yang ia dapatkan merupakan hasil kerja kerasnya sendiri, bukan dari Tuhan?

Saya menjawabnya dengan gembira. Saya berkata, “Selamat! Dengan bertanya tentang hal-hal fundamental dalam hidupmu, kamu sudah naik tingkat! Saya tidak bisa memberi jawaban untuk semua pertanyaanmu. Namun, percayalah bahwa suatu hari nanti, kamu akan bisa menjawabnya sendiri. Sekarang adalah waktu untuk hening dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Tidak ada yang salah dengan mencari. Yakinlah bahwa apa yang kamu tanyakan adalah baik untukmu. Imanmu akan semakin tangguh saat kamu pelan-pelan melihat benang merah antara kisah hidupmu dan pertanyaan-pertanyaanmu itu.”

Yang dialami oleh anak muda ini kiranya mirip dengan pengalaman para murid yang kurang percaya pada pernyataan Yesus. Namun, yang menarik, Yesus tetap mempersilakan mereka untuk mengikuti-Nya, sehingga pada akhirnya mereka bisa memahami kisah iman mereka dan percaya. Kepercayaan yang tumbuh itu akhirnya berbuah.

Kita tentu punya versi kita sendiri dari kisah semacam ini. Kita bisa seperti rekan OMK tadi atau seperti para murid. Bagaimanapun, adalah valid dan baik untuk mengecap dan mengendapkan segenap gejolak diri, sehingga akhirnya kita menemukan jalan untuk percaya kembali. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing: Apakah kita punya pengalaman hidup yang penuh gejolak, di mana kita kemudian kembali percaya pada iman kita?