Iman Sebesar Biji Sesawi

Jumat, 31 Januari 2025 – Peringatan Wajib Santo Yohanes Bosco

29

Markus 4:26-34

Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”

Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.

***

Saudara-saudari, iman bertumbuh dan berkembang dalam pergulatan hidup manusia. Ketika kita menghadapi situasi sulit, misalnya karena sakit atau mengalami kegagalan dan penderitaan, iman yang ada dalam diri kita bekerja. Bentuknya bisa jadi sikap menerima, atau sebaliknya protes atas situasi yang sedang dihadapi. Tidak otomatis kita bisa memiliki iman yang teguh, sebab beriman memerlukan proses.

Dengan iman, kita dapat menangkap makna setiap peristiwa hidup yang kita alami. Kita akan diantar untuk menyadari akan pertolongan dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Iman kita saat ini mungkin kecil saja, hanya sebesar biji sesawi, tetapi dampaknya pasti luar biasa, sebab itu berarti kita percaya kepada Tuhan dan menaruh pengharapan hidup kita hanya kepada-Nya. Kita percaya, maka kita berpengharapan.

Iman akan membawa kita kepada ketekunan, kesabaran, keteguhan, ketangguhan, dan ketulusan hati, bahkan sukacita dalam situasi yang tidak mudah. Hati dan hidup kita senantiasa tenang bersama Tuhan. Peristiwa demi peristiwa dalam hidup harian menjadi sarana dan kesempatan bagi kita untuk memperkuat, memperdalam, dan meningkatkan kualitas iman kita. Bagaikan biji sesawi yang kemudian tumbuh menjadi pohon besar sehingga menjadi tempat bersarang dan berteduh bagi burung-burung, kekatolikan kita semestinya menjadi berkat dan terang bagi sesama di sekitar kita.

St. Yohanes Bosco yang kita peringati hari ini adalah seorang imam yang peduli pada kaum muda. Dengan sepenuh hati, ia mendedikasikan imannya bagi kaum muda. Ia menjadi teman seperjalanan bagi kaum muda untuk hidup seturut kehendak Allah. Ia bertekad menjadi bapak, sahabat, dan guru bagi anak-anak yang diasuhnya. Dengan kesabaran, keramahan, dan ketegasan yang penuh kasih, banyak orang muda dibantunya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mendedikasikan hidup kita untuk melayani sesama? Sudahkah iman kita menghasilkan buah yang berlimpah?