Markus 3:22-30
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
***
Saudara-saudari, kuasa pengampunan Yesus itu hebat dan dahsyat. Ia memulihkan kita, manusia berdosa, menjadi pribadi yang bermartabat luhur. Yesus bertindak dengan kuasa yang berasal dari Allah Bapa. Kita ingat dalam peristiwa pembaptisan Yesus, saat Ia berdoa, langit terbuka dan turunlah Roh Kudus ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara Bapa, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Tindakan Yesus mengusir roh jahat hendak menghadirkan Kerajaan Allah. Roh Tuhan yang ada dalam diri Yesus menghadirkan sukacita, kesembuhan, kelepasan, dan keselamatan. Tidak hanya itu, dengan hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya, Yesus telah menebus dosa-dosa kita. Ia menyelamatkan kita yang menantikan-Nya. Lalu, apa yang dapat kita perbuat? Tidak lain dan tidak bukan, kita mesti percaya kepada-Nya dan bertobat.
Pertobatan menjadi panggilan bagi kita dalam menantikan keselamatan yang diadakan oleh Yesus. Sebagai peziarah yang berpengharapan, kita mesti mewujudkan iman kita secara aktif dan kreatif, mesti tangguh dalam segala peristiwa hidup, serta mesti siap sedia dalam menangkap dan menghidupi kehendak Allah.
Kesadaran diri untuk bertobat harus dikobarkan, dibiasakan, dan diwartakan, baik untuk diri kita sendiri maupun sesama. Hal ini juga merupakan perwujudan iman kita akan Yesus yang adalah Anak Allah. Dalam hidup-Nya, Yesus selalu melakukan kehendak Allah, maka kita pun harus selalu demikian. Mari kita terus belajar dan terus bergerak maju untuk melakukan kehendak Allah dengan penuh syukur, sukacita, serta pengharapan yang tak pernah padam.